Inilah Jalan Sufi Headline Animator

Whatsap Saya

Pencerahan Bid'ah

Thursday, August 29, 2019

MEMBEDAH TAUHID WAHABI Jawaban terhadap Wahabi

Al Hujjah Press
MEMBEDAH TAUHID WAHABI;
Jawaban terhadap Wahabi
WAHABI: “Mengapa Anda menilai kami kaum Wahabi termasuk aliran sesat, dan bukan Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Padahal rujukan kami sama-sama Kutubus-Sittah (Kitab Standar Hadits yang enam).?”
SUNNI: “Sebenarnya kami hanya merespon Anda saja. Justru Anda yang selalu menyesatkan kelompok lain, padahal ajaran Anda sebenarnya yang sesat.”
WAHABI: “Di mana letak kesesatan ajaran kami kaum Wahabi?”
SUNNI: “Kesesatan ajaran Wahabi menurut kami banyak sekali. Antara lain berangkat dari konsep tauhid yang sesat, yaitu pembagian tauhid menjadi tiga.”
WAHABI: “Kok bisa Anda menilai pembagian tauhid menjagi tiga termasuk konsep yang sesat. Apa dasar Anda?”
SUNNI: “Begini letak kesesatannya. Pembagian Tauhid menjadi tiga, yaitu Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah dan Tauhid al-Asma' wa al-Shifat, belum pernah dikatakan oleh seorangpun sebelum Ibn Taimiyah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga tidak pernah berkata kepada seseorang yang masuk Islam, bahwa di sana ada dua macam Tauhid dan kamu tidak akan menjadi Muslim sebelum bertauhid dengan Tauhid Uluhiyyah. Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam juga tidak pernah mengisyaratkan hal tersebut meskipun hanya dengan satu kalimat. Bahkan tak seorangpun dari kalangan ulama salaf atau para imam yang menjadi panutan yang mengisyaratkan terhadap pembagian Tauhid tersebut. Hingga akhirnya datang Ibn Taimiyah pada abad ketujud Hijriah yang menetapkan konsep pembagian Tauhid menjadi tiga.”
WAHABI: “Anda mengerti maksud tauhid dibagi tiga?”
SUNNI: “Kenapa tidak mengerti?
Menurut Ibn Taimiyah Tauhid itu terbagi menjadi tiga:
Pertama, Tauhid Rububiyyah, yaitu pengakuan bahwa yang menciptakan, memiliki dan mengatur langit dan bumi serta seisinya adalah Allah saja. Menurut Ibn Taimiyah, Tauhid Rububiyyah ini telah diyakini oleh semua orang, baik orang-orang Musyrik maupun orang-orang Mukmin.
Kedua, Tauhid Uluhiyyah, yaitu pelaksanaan ibadah yang hanya ditujukan kepada Allah. Ibn Taimiyah berkata, "Ilah (Tuhan) yang haqq adalah yang berhak untuk disembah. Sedangkan Tauhid adalah beribadah kepada Allah semata tanpa mempersekutukan-Nya".
Ketiga, Tauhid al-Asma' wa al-Shifat, yaitu menetapkan hakikat nama-nama dan sifat-sifat Allah sesuai dengan arti literal (zhahir)nya yang telah dikenal di kalangan manusia.
Pandangan Ibn Taimiyah yang membagi Tauhid menjadi tiga tersebut kemudian diikuti oleh Muhammad bin Abdul Wahhab, perintis ajaran Wahhabi. Dalam pembagian tersebut, Ibn Taimiyah membatasi makna rabb atau rububiyyah terhadap sifat Tuhan sebagai pencipta, pemilik dan pengatur langit, bumi dan seisinya. Sedangkan makna ilah atau uluhiyyah dibatasi pada sifat Tuhan sebagai yang berhak untuk disembah dan menjadi tujuan dalam beribadah.
Tentu saja, pembagian Tauhid menjadi tiga tadi serta pembatasan makna-maknanya tidak rasional dan bertentangan dengan dalil-dalil al-Qur'an, hadits dan pendapat seluruh ulama Ahlussunnah Wal-Jama'ah.”
WAHABI: “Maaf, dari mana Anda berkesimpulan, bahwa pembagian dan pembatasan makna tauhid versi kami kaum Wahabi bertentangan dengan al-Qur’an, hadits dan aqwal ulama? Bukankah Imam Ibnu Jarir al-Thabari, telah membedakan makna rububiyah dengan uluhiyah dalam tafsirnya?”
SUNNI: “Secara bahasa, ada perbedaan dalam makna asal rububiyah dan uluhiyah. Akan tetapi dalam isti’mal syar’iy (aplikasi al-Qur’an dan hadits), antara keduanya tidak ada perbedaan. Justru antara keduanya terjadi talazum, yaitu saling keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Sehingga ketika rububiyah dan uluhiyah, dibicarakan dalam konteks syar’iy, maka ayat-ayat al-Qur'an, hadits-hadits dan pernyataan para ulama Ahlussunnah Wal-Jama'ah, tidak ada yang membedakan antara makna Rabb (rububiyah) dan makna Ilah (uluhiyah).
Bahkan dalil-dalil al-Qur'an dan hadits mengisyaratkan adanya keterkaitan yang sangat erat antara Tauhid Rububiyyah dengan Tauhid Rububiyyah. Apabla seseorang telah bertauhid rububiyyah, berarti bertauhid secara uluhiyyah. Allah سبحانه وتعالى berfirman:
وَلاَ يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلاَئِكَةَ وَالنَّبِيِّيْنَ أَرْبَابًا
Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai arbab (tuhan-tuhan). (QS. Ali-Imran : 80).
Ayat di atas menegaskan bahwa orang-orang Musyrik mengakui adanya Arbab (tuhan-tuhan rububiyyah) selain Allah seperti Malaikat dan para nabi. Dengan demikian, berarti orang-orang Musyrik tersebut tidak mengakui Tauhid Rububiyyah, dan mematahkan konsep Ibn Taimiyah dan Wahhabi, yang mengatakan bahwa orang-orang Musyrik mengakui Tauhid Rububiyyah. Seandainya orang-orang Musyrik itu bertauhid secara rububiyyah seperti keyakinan kaum Wahabi, tentu redaksi ayat di atas berbunyi:
وَلاَ يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلاَئِكَةَ وَالنَّبِيِّيْنَ آَلِهَةً
Dengan mengganti kalimat arbaban dengan aalihatan.”
WAHABI: “Tapi kan baru satu ayat yang bertentangan dengan tauhid kami kaum Wahabi.”
SUNNI: “Loh, kok ada tapinya. Kalau sesat ya sesat, walaupun bertentangan dengan satu ayat. Dengan ayat lain juga bertentangan. Konsep Ibn Taimiyah yang mengatakan bahwa orang-orang kafir sebenarnya mengakui Tauhid Rububiyyah, akan semakin fatal apabila kita memperhatikan pengakuan orang-orang kafir sendiri kelak di hari kiamat seperti yang dijelaskan dalam al-Qur'an al-Karim:
تَاللهِ إِنْ كُنَّا لَفِي ضَلاَلٍ مُبِينٍ (97) إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ (98)
Demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan (Rabb) semesta alam. (QS. al-Syu'ara' : 97-98).”
Coba Anda perhatikan. Ayat tersebut menceritakan tentang penyesalan orang-orang kafir di akhirat dan pengakuan mereka yang tidak mengakui Tauhid Rububiyyah, dengan menjadikan berhala-berhala sebagai arbab (tuhan-tuhan rububiyyah). Padahal kata Wahabi, orang-orang Musyrik bertauhid rububiyyah, tetapi kufur terhadap uluhiyyah. Nah, alangkah sesatnya tauhid Wahabi, bertentengan dengan al-Qur’an. Murni pendapat Ibnu Taimiya yang tidak berdasar, dan ditaklid oleh Wahabi.”
WAHABI: “Maaf, kan baru dua ayat. Mungkin ada ayat lain, agar kami lebih mantap bahwa tauhid Wahabi memang sesat.”
SUNNI: “Pendapat Ibn Taimiyah yang mengkhususkan kata Uluhiyyah terhadap makna ibadah bertentangan pula dengan ayat berikut ini:
يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ، مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلاَّ أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ
Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. (QS. Yusuf : 39-40).
Anda perhatikan, Ayat di atas menjelaskan, bagaimana kedua penghuni penjara itu tidak mengakui Tauhid Rububiyyah dan menyembah tuhan-tuhan (arbab) selain Allah. Padahal kata Ibnu Taimiyah dan Wahabi, orang-orang Musyrik pasti beriman dengan tauhid rububiyyah.
Disamping itu, ayat berikutnya menghubungkan ibadah dengan Rububiyyah, bukan Uluhiyyah, sehingga menyimpulkan bahwa konotasi makna Rububiyyah itu pada dasarnya sama dengan Uluhiyyah. Orang yang bertauhid rububiyyah pasti bertauhid uluhiyyah. Jadi konsep tauhid Anda bertentangan dengan ayat di atas.”
WAHABI: “Mungkin tauhid kami hanya bertentangan dengan al-Qur’an. Tapi sejalan dengan hadits. Jangan Anda jangan terburu-buru menyesatkan.”
SUNNI: “Anda ini lucu. Kalau konsep tauhid Anda bertentangan dengan al-Qur’an, sudah pasti bertentangan dengan hadits. Konsep pembagian Tauhid menjadi tiga kalian akan batal pula, apabila kita mengkaitkannya dengan hadits-hadits Nabi ﷺ. Misalnya dengan hadits shahih berikut ini:
عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ عَنْ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ ( يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ) قَالَ نَزَلَتْ فِي عَذَابِ الْقَبْرِ فَيُقَالُ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّيَ اللهُ وَنَبِيِّي مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم. (رواه مسلم 5117).
Dari al-Barra' bin Azib, Nabi ﷺ bersabda, "Allah berfirman, "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu", (QS. Ibrahim : 27). Nabi ﷺ bersabda, "Ayat ini turun mengenai azab kubur. Orang yang dikubur itu ditanya, "Siapa Rabb (Tuhan)mu?" Lalu dia menjawab, "Allah Rabbku, dan Muhammad ﷺ Nabiku." (HR. Muslim, 5117).
Coba Anda perhatikan. Hadits di atas memberikan pengertian, bahwa Malaikat Munkar dan Nakir akan bertanya kepada si mayit tentang Rabb (Tuhan Rububiyyah), bukan Ilah (Tuhan Uluhiyyah, karena kedua Malaikat tersebut tidak membedakan antara Rabb dengan Ilah atau antara Tauhid Uluhiyyah dengan Tauhid Rububiyyah. Seandainya pandangan Ibn Taimiyah dan Wahabi yang membedakan antara Tauhid Rububiyyah dan Tauhid Uluhiyyah itu benar, tentunya kedua Malaikat itu akan bertanya kepada si mayit dengan, "Man Ilahuka (Siapa Tuhan Uluhiyyah-mu)?", bukan "Man Rabbuka (Siapa Tuhan Rububiyyah-mu)?" Atau mungkin keduanya akan menanyakan semua, "Man Rabbuka wa man Ilahuka? Ternyata pertanyaan tersebut tidak terjadi. Jelas ini membuktikan kesesatan Tauhid ala Wahabi."
WAHABI: “Maaf, seandainya kami hanya salah melakukan pembagian Tauhid di atas, apakah kami Anda vonis sebagai aliran sesat? Apa alasannya?”
SUNNI: “Nah, ini rahasianya. Anda harus tahu, apa sebenarnya makna yang tersembunyi (hidden meaning) dibalik pembagian Tauhid menjadi tiga tersebut? Apabila diteliti dengan seksama, dibalik pembagian tersebut, maka ada dua tujuan yang menjadi sasaran tembak Ibnu Taimiyah dan Wahabi:
Pertama, Ibn Taimiyah berpendapat bahwa praktek-pratek seperti tawassul, tabarruk, ziarah kubur dan lain-lain yang menjadi tradisi dan dianjurkan sejak zaman Nabi ﷺ adalah termasuk bentuk kesyirikan dan kekufuran. Nah, untuk menjustifikasi pendapat ini, Ibn Taimiyah menggagas pembagian Tauhid menjadi tiga, antara lain Tauhid Rububiyyah dan Tauhid Uluhiyyah. Dari sini, Ibn Taimiyah mengatakan bahwa sebenarnya keimanan seseorang itu tidak cukup hanya dengan mengakui Tauhid Rububiyyah, yaitu pengakuan bahwa yang menciptakan, memiliki dan mengatur langit dan bumi serta seisinya adalah Allah semata, karena Tauhid Rububiyyah atau pengakuan semacam ini juga dilakukan oleh orang-orang Musyrik, hanya saja mereka tidak mengakui Tauhid Uluhiyyah, yaitu pelaksanaan ibadah yang hanya ditujukan kepada Allah. Oleh karena itu, keimanan seseorang akan sah apabila disertai Tauhid Uluhiyyah, yaitu pelaksanaan ibadah yang hanya ditujukan kepada Allah.
Kemudian setelah melalui pembagian Tauhid tersebut, untuk mensukseskan pandangan bahwa praktek-praktek seperti tawassul, istighatsah, tabarruk, ziarah kubur dan lain-lain adalah syirik dan kufur, Ibn Taimiyah membuat kesalahan lagi, yaitu mendefinisikan ibadah dalam konteks yang sangat luas, sehingga praktek-praktek seperti tawassul, istighatsah, tabarruk, ziarah kubur dan lain-lain dia kategorikan juga sebagai ibadah secara syar'i. Padahal itu semua bukan ibadah. Tapi bagian dari ghuluw yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah dan Wahabi. Dari sini Ibn Taimiyah kemudian mengatakan, bahwa orang-orang yang melakukan istighatsah, tawassul dan tabarruk dengan para wali dan nabi itu telah beribadah kepada selain Allah dan melanggar Tauhid Uluhiyyah, sehingga dia divonis syirik.
Tentu saja paradigma Ibn Taimiyah tersebut merupakan kesalahan di atas kesalahan. Pertama, dia mengklasifikasi Tauhid menjadi tiga tanpa ada dasar dari dalil-dalil agama. Dan kedua, dia mendefinisikan ibadah dalam skala yang sangat luas sehingga berakibat fatal, yaitu menilai syirik dan kufur praktek-praktek yang telah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya. Dan secara tidak langsung, pembagian Tauhid menjadi tiga tersebut berpotensi mengkafirkan seluruh umat Islam sejak masa sahabat. Akibatnya yang terjadi sekarang ini, berangkat dari Tauhid Rububiyyah dan Uluhiyyah, ISIS, membantai umat Islam di Iraq dan Suriah.”

Saturday, August 24, 2019

Terbaik.Kenyataan ust pegawai khas Mujahid


AyobHussin Pulau Keramat
Just now ·




Muhammad Anas
13 hrs


Terbaik.Kenyataan ust pegawai khas Mujahid.pihak sebelah( bkn team kita,). Benar sekali.
terima Lah walau bkn team kita.Tolak kebenaran itu takabbur.

Thursday, August 15, 2019

Kosongkan hatimu selain Allah nescaya

فرغ قلبك من الأغيار نملؤه بالمعارف والأسرار
Kosongkan hatimu selain Allah nescaya kami akan penuhkannya dgn makrifah dan rahsia2

Saturday, August 10, 2019

NGAJI LA ADDURUNNAFIS.wmv

ADAKAH ZAKIR NAIK BERFAHAMAN WAHHABI

ADAKAH ZAKIR NAIK BERFAHAMAN WAHHABI:
Jawapan: Untuk mengenali seseorang itu adalah berfahaman Wahhabi atau tidak, maka kita perlu tahu tentang aqidah dan manhajnya dengan bukti supaya kita tidak memfitnahnya. Ramai masyarakat sekarang bertanya soalan ini: BETUL KE ZAKIR NAIK WAHHABI?
Jika hendak menjawab soalan ini secara ilmiah dan bukan dengan sesuka hati, maka di sini kita bawakan beberapa perkara yang membuktikan bahawa Zakir Naik adalah seorang yang berfahaman Wahhabi dan dia cuba menyembunyikan fahamannya sendiri dengan berkata: "Tidak ada mazhab dalam Islam", sedangkan dia sendiri mengikut fahaman Muhammad bin Abdul Wahab iaitu pengasas pergerakan Wahhabi.
Ini antara bukti-bukti bahawa dia adalah berfahaman Wahhabi dan manhajnya bercangah dengan manhaj ulama Melayu yang berfahaman Ahlus-Sunnah wal-Jama^ah👇
1⃣AQIDAH YANG DISEPAKATI OLEH AHLIS-SUNNAH WAL-JAMA^AH; ALLAH ADA TANPA TEMPAT:
Antara ulama Melayu yang masyhur ialah Syaikh Zainal-^Abidin ibn Muhammad al-Fatoni yang terkenal dengan "Tuan Minal Fatoni", dia berkata dalam kitabnya yang berjudul Irsyadul-^Ibad ila Sabilir-Rasyad: "Jika berkata bagi engkau oleh yang berkata: di mana Allah? Maka jawapannya: TIADA IA PADA TEMPAT".
Zakir Naik berkata: Allah ada di langit atas Arasy dan kerana itu kita mengangkat tangan ke langit apabila berdoa.
Lihat kenyataannya ini yang terdapat dalam dua pautan berikut:
2⃣BACAAN AL-QURAN UNTUK ORANG TELAH MENINGGAL DUNIA:
Al-Imam al-Suyuti menukilkan kesepakatan 4 mazhab tentang keharusan membaca Qur'an bagi yang mati dan bahawasanya si mati dapat manfaat dengan bacaan al-Quran.
Zakir Naik berkata: Membacakan Quran bagi orang yang telah mati adalah bidaah sesat dan tak ada dalil baginya.
Lihat kenyataannya pautan berikut:
3⃣BERTAWASUL DENGAN NABI:
Setiap Jumaat di masjid-masjid di Selangor khatib berkata apabila berdoa;
اللهم إنا نتوسل إليك بنبيك الأمين
Maknanya: "Ya Allah, kami bertawassul dengan nabi kamu yang bersifat amanah".
Ada hadith membuktikan Rasulullah mengajar tawassul kepada sahabatnya iaitu hadith yang diriwayatkan oleh al-Hafiz al-Tobaroni dan selainnya dan ada 16 orang ulama hadith yang bertaraf hafiz hadith berkata hadith itu sohih.
Zakir Naik berkata: Bertawasul dengan nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah amalan syirik.
Lihat kenyataannya pada pautan berikut:
4⃣SAMBUTAN MAULIDUR-RASUL:
Di Malaysia Ahlis-Sunnah wal-Jama^ah yang terdiri daripada sultan-sultan, masyarakat dan kerajaan menyambut Maulidur-Rasul setiap tahun. Amalan ini adalah bidaah yang baik sepertimana yang dinaskan oleh al-Hafiz Ibn Dihyah, al-Hafiz al-Suyuti, al-Hafiz al-Sakhawi ulama al-Azhar dan lain-lain.
Zakir Naik berkata: Sambutan Maulidur-Rasul صلى الله عليه وسلم adalah bidaah yang membawa kepada neraka.
Lihat kenyataannya pada pautan berikut:
5⃣TAUHID:
AhlisSunnah wal-Jama^ah termasuk ulama Melayu seperti Syaikh Daud al-Fatoni, Syaikh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fatoni, Tok Kenali, Mufti Banjar di kurun 12 hijri Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari, Mufti Acheh di kurun 11 hijri Syaikh Nurud-Din al-Raniri dan lain-lain, mereka mengajar sifat 20.
Zakir Naik mengajar aqidah Wahhabi yang membahagikan Tauhid kepada tiga.
Lihat kenyataannya pada pautan berikut:
📌 Bagi seseorang yang tahu apakah itu wahhabi tidak syak lagi Zakir Naik itu Wahhabi.

Thursday, August 8, 2019

Maka itu wahabi membunuh dan perangi penduduk2 Makkah dahulu kala sejarah hitam mereka

Dari kenyataan tokoh ikutaab ajaran sesat wahabi yg jelas nyatakan siapa tak ikut ajaran wahabi sesat yang dirintis pengasasnya, Muhammad Abdul bin wahab,maka telah kafir dan musyrik,halal darah(boleh dibunuh) ,halal harta ,wajib diperangi..Mereka juga Kafirkan,musyrik negara2 islam yg bermajoriti ahlissuunaah
*Maka itu wahabi membunuh dan perangi penduduk2 Makkah dahulu kala sejarah hitam mereka.

Sedikit video slideshow amatur dari saya sejarah ringkas saya mula ikut al fadhil Ustaz Mohd Fadli Yusof ke pedalaman Sabah

Sedikit video slideshow amatur dari saya sejarah ringkas saya mula ikut al fadhil Ustaz Mohd Fadli Yusof ke pedalaman Sabah

Thursday, August 1, 2019

saya minta sikit nasihat daripada Paksu Mid

Semasa saya ziarah Paksu Mid Bukit Tembaga حفظه الله , saya minta sikit nasihat daripada beliau tentang amalan zikir ini.

Beliau kata pada saya,"kita ni jangan dok dabik dada kata kita ini orang Tariqat, orang sufi, padahai kita bukan ahli zikir lagi, kita ini baru dok belajaq-belajaq sebut Kalimah-kalimah zikir ini" pada haih, apa pun xdak dalam diri kita ini" . Ahli zikir apa, kalo sebut Nama الله pun tak rasa apa.

😭😭😭😭

Pesan Al-'Arifbillah Tuan Guru Paksu Mid حفظه الله تعالى, "Walaupun dia berlagak dengan jubah dan serban, dia bukannya ada ilmu apa pun.. Ulaq kalau baru tumbuh siong memang suka patuk sana sini, bukan ada pantang larang langsung.. Sama jugak ayam, kalau baru tumbuh susuh dan baru pandai berkokok, memang galak sangat, ligan sana ligan sini, pukul sana pukul sini.. Kokok berderai derai, ekor penuh tahi.. Ukurlah baju di badan sendiri.. Nak buat baik bukan mudah.. Dalam 28 huruf, hanya ALIF ( ا ) saja yang tak bengkok, yang lain semua bengkok.. Jadilah kita seperti huruf Alif ( ا ).. Jangan dok kona sana kona sini, bengkok sana bengkok sini.. Jangan dok bohong kata cinta kat Nabi atau Syeikh, selagi tak sanggup terima bala dan fakir macam para sahabat.."

والله أعلم...بالصواب...

Donate to iERA!