Kisah Sahabat Nabi : Karomah Saad Bin Abi Waqqash RA
Saad Bin Abi Waqqash RA adalah orang nomor 3 yang memeluk
Islam. Beliau menerima Islam setelah mendengar kabar dari sahabatnya bernama
Abu Bakar Siddiq RA. Saad Terkenal sebagai lelaki pemberani dan seorang Pemanah
Yang Handal. Selain itu saad Memiliki banyak karomah dan kemuliaan yang
diberikan Allah SWT. Salah satunya adalah Doa Saad Sangat Makbul. Karena Nabi
SAW pernah mendoakannya “Ya Allah, kabulkanlah Sa’ad jika dia berdoa.”.
Berikut kisah tentang Karomah Saad Bin AbiWaqqash
Baca Sebelumnya KisahKaromah Ali bin Abi Thalib
Kisah Pertama
Jabir r.a. menceritakan bahwa penduduk Kufah mengadukan
Sa'ad bin Abi Waqash kepada Khalifah `Umar. 'Umar lalu mengutus seseorang untuk
bertanya tentang Sa'ad kepada orang-orang Kufah. Utusan itu berkeliling dari
masjid ke masjid di Kufah dan semua orang yang ditanyainya memberikan penilaian
positif terhadap Sa'ad. Akhirnya ia berhenti di sebuah masjid dan bertemu
dengan seorang laki-laki yang mengaku bernama Abu Sa'dah. Laki-laki itu
berkata, "Kami mengadukan Sa'ad karena ia tidak membagi rampasan secara
sama rata, tidak berjalan bersama pasukannya,dan tidak berlaku adil dalam
menghukumi sesuatu." Maka Sa'ad berdoa, "Ya Allah, kalau ia berdusta,
maka panjangkanlah umurnya, panjangkan kefakirannya, dan timpakan berbagai
fitnah padanya."
Ibnu Amir menceritakan bahwa ia menyaksikan laki-laki yang
mengadukan Sa'ad itu berumur panjang, sampai-sampai alisnya menutupi mata
karena saking panjangnya, ia betul-betul ditimpa kemiskinan, dan di sebuah
jalan ia pernah bertemu dengan budak-budak perempuan kemudian merabanya, karena
itu ia terkena fitnah. Sewaktu ditanya, "Mengapa kamu bisa jadi begini?"
Jawabnya, "Aku menjadi tua bangka dan terkena fitnah karena doa Sa'ad."
(Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan Al-Baihaqi dari jalur Abdul Mulk bin
Amir)
Dalam riwayat lain dikisahkan bahwa Sa'ad tengah berpidato
di hadapan penduduk Kufah, ia bertanya, "Bagaimana kepemimpinanku menurut
pandangan kalian?" Seorang laki-laki berseru, "Engkau sungguh tidak
adil dalam mengemban tanggung jawab, tidak membagi secara rata, dan tidak ikut
berperang bersama pasukan." Sa'ad berdoa, "Ya Allah, kalau ia
berdusta, maka butakanlah matanya, segerakan kefakirannya, panjangkan umumya,
dan timpakan fitnah padanya." Lelaki itu kemudian buta, jatuh miskin
sehingga menjadi peminta-peminta, difitnah sebagai orang yang sombong dan
pembohong, dan karena itu ia dibunuh. (Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dari jalur
Mush'ab bin Sa'ad)
Riwayat lain menceritakan bahwa ada seorang laki-laki muslim
mengejek Sa'ad bin Abi Waqash. Kemudian Sa'ad berdoa, "Ya Allah, potonglah
lidah dan tangannya dengan kehendak-Mu." Pada waktu perang Kadisiyah, laki-laki
itu terlempar hingga lidah dan tangannya putus. Ia tidak bisa berbicara sepatah
kata pun sampai ajal menjemputnya. (Diriwayatkan oleh Al Thabrani, Ibnu `Asakir
dan Abu Na'im dari Qabishah bin Jabir)
Dikisahkan pula bahwa ada seorang perempuan yang mempunyai
perawakan seperti anak kecil. Orang-orang mengolok-oloknya, "Itu puteri
Sa'ad, ia membenamkan tangannya pada tempat bersuci Sa'ad." Kemudian Sa'ad
berdoa, "Semoga Allah menunjukkan kekuatanmu meskipun engkau tidak bisa
tumbuh besar lagi." (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dan Ibnu Asakir dari
Mughirah)
Dalam riwayat lain diceritakan bahwa ada seorang perempuan
terus menerus memperhatikan Sa`ad, Sa'ad menegurnya, tetapi ia tidak
mengindahkannya. Suatu hari ketika perempuan itu muncul, Sa'ad berkata, "Buruk
sekali wajahmu." Tiba-tiba wajah perempuan itu memuntir ke belakang dan
tidak bisa menoleh ke depan. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dan Ibnu Asakir
dari Mana' dari Abdurrahman bin Auf)
Qais bertutur, "Ada
seorang laki-laki mengejek Ali. Maka Sa'ad berdoa, 'Ya Allah, laki-laki ini
telah mengejek salah seorang walimu. Jangan pisahkan golongan ini, sampai
Engkau perlihatkan kekuasaanMu.' Demi Allah, kami belum berpisah, hingga
kudanya terbenam ke dalam lumpur, kemudian ia terlempar di bebatuan, sampai
otaknya keluar dan akhirnya mati" (Riwayat Al- Hakim).
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Sa'ad mendoakan buruk
untuk seorang laki-laki. Tiba-tiba laki-laki itu tertubruk seekor unta betina
hingga ia mati. Kemudian Sa'ad menahan nafas dan bersumpah tidak akan mendoakan
buruk untuk seorang pun (Riwayat Al-Hakim dari Mush'ab bin Sa'ad).
Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Al-Musayyab bahwasanya
Marwan pernah berkata, "Harta ini milik kami maka kami berhak
memberikannya kepada orang yang kami kehendaki." Kemudian Sa`ad mengangkat
kedua tangannya dan berkata, 'Aku akan berdoa." Marwan meloncat, lalu
merangkulnya sambil berseru, "Engkau akan berdoa kepada Allah, hai Abu
Ishaq. Tolong jangan berdoa, karena harta itu adalah milik Allah."
Diceritakan pula bahwa Sa'ad bin Abi Waqash pernah berdoa, "Ya
Allah, hamba memiliki anak-anak yang masih kecil, maka tangguhkan kematianku
sampai mereka dewasa (balig)." Dua puluh tahun kemudian, Sa'ad baru
menemui ajalnya, sesudah menderita sakit parah. (Riwayat Al-Baihaqi dan Ibnu
Asakir dari Yahya bin Abdurrahman bin Labibah)
Dikisahkan juga bahwa ketika Sa'ad sedang berjalan-jalan,
lewatlah seorang laki-laki sambil mencaci maki Ali, Thalhah, dan Zubair. Sa'ad
berkata kepada laki-laki itu, "Kamu mencaci-maki para pemimpin yang
dianugerahi keunggulan oleh Allah. Demi Allah, kamu harus menghentikan cacianmu
kepada mereka atau aku akan mendoakan keburukan untukmu." Laki-laki itu
menjawab, "Kamu menakutiku, seolah-olah kamu ini nabi." Sa'ad lalu
berdoa, "Ya Allah, ia telah mencaci-maki para pemimpin yang telah Engkau
unggulkan, maka timpakan malapetaka padanya hari ini." Tiba-tiba datanglah
seorang peramal perempuan sehingga orang-orang berlarian menghindarinya, lalu
sang peramal memukul laki-laki itu dengan keras. Orang-orang mengikuti Sa'ad,
dan berkata, 'Allah telah mengabulkan doamu, ya Abu Ishaq." Doa Sa'ad
mustajab, karena Nabi Saw telah mendoakan agar doanya mustajab. (Riwayat Al
Thabrani dari Amir bin Sa'ad)
Al-Tirmidzi dan Al-Hakim meriwayatkan dan menyatakan
kesahihan hadis Nabi tentang Sa'ad, "Ya Allah, kabulkanlah semua doa yang
dipanjatkan Sa'ad!" Hingga setiap doa yang dilantunkan Sa'ad selalu
dikabulkan Allah. Dalam hadis lain juga dinyatakan, "Ya Allah, kabulkanlah
doa Sa'ad dan tepatkanlah lemparan panahnya!"
Kisah 2
Riwayat lain menceritakan bahwa ketika Sa'ad bin Abi Waqash
r.a. sampai di sungai Tigris, ia mencari perahu untuk menyeberang, tetapi ia
tidak berhasil karena perahu-perahu telah ditambatkan. Sa'ad dan pasukannya
tinggal di sana beberapa hari pada bulan Safar. Tiba-tiba datang air pasang. Sa'ad
bermimpi melihat sekawanan kuda milik pasukan muslimin menceburkan diri ke
sungai, lalu menyeberangi air pasang itu, padahal air pasang sungai Tigris
sangat tinggi. Sa'ad menakwilkan mimpinya sebagai petunjuk agar ia menyeberangi
sungai itu. Maka ia mengumpulkan pasukannya, lalu berkata, 'Aku akan
menyeberangi sungai ini," dan mereka menyetujuinya. Sa`ad mempersilakan
pasukannya untuk menceburkan diri ke sungai, lalu berkata, "Katakanlah! Kami
memohon pertolongan Allah dan bertawakkal kepada-Nya. Cukuplah Allah bagi kami,
sebaik-baik Zat tempat memasrahkan diri. Tiada daya dan kekuatan, kecuali milik
Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung." Lalu mereka menceburkan diri ke
Sungai Tigris, menyeberangi air yang pasang itu, dan terombang-ambing ombak. Sungguh
ajaib, mereka terapung di sungai itu sambil berbincang-bincang dan berpasangan,
seperti ketika berjalan di daratan. Orang-orang Persia merasa heran dengan hal
yang tidak masuk akal tersebut. Pasukan muslimin kemudian menaklukkan Persia
dan segera mengumpulkan sebagian besar kekayaan mereka, yaitu kota-kota di
Persia. Pada bulan Safar tahun 16 H, kaum muslimin menguasai rumah-rumah
peninggalan kerajaan Persia. (Riwayat Abu Na'im dari Ibnu al-Dafili)
Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Sa'ad berkata, "Kami
menyeberangi sungai Tigris sambil membawa kuda dan binatang piaraan kami,
sampai tak seorang pun melihat air dari dua tepinya. Kuda-kuda itu mendatangi
pasukanku sambil menghela surainya diiringi ringkikan. Ketika melihat tingkah
kuda tersebut, pasukanku segera menyeberangi sungai itu tanpa memedulikan apa
pun. Tidak ada sesuatu pun milik pasukanku yang hilang dalam air, hanya sebuah
gelas yang pegangannya telah pecah. Gelas itu terjatuh dan hanyut terbawa air. Namun
angin dan gelombang menyeretnya ke tepi dan pemiliknya mengambilnya kembali."
(Abu Na'im meriwayatkan kisah ini dari Abu `Utsman al-Nahdi)
Riwayat lain menyebutkan bahwa orang yang berjalan di atas
air bersama Sa'ad adalah Salman al-Farisi. Pasukan Sa'ad menyeberangi sungai
Tigris sambil terapung beserta kuda-kuda mereka. Sa'ad berkata, "Cukuplah
Allah bagi kami, Dialah sebaik-baik Zat tempat memasrahkan diri. Demi Allah,
Allah benar-benar akan menolong wali-Nya, memenangkan agama-Nya, dan
mengalahkan musuh-Nya, jika dalam diri pasukan tidak ada kejahatan atau dosa
yang mengalahkan kebaikan." Salman berkata kepada Sa'ad, "Sesungguhnya
Islam itu baru. Demi Allah, lautan tunduk kepada Sa'ad dan pasukannya seperti
halnya daratan tunduk kepada mereka. Mereka menyeberangi sungai, hingga air itu
tidak terlihat dari tepian. Sambil terapung di sungai, mereka berbincang-bincang
lebih banyak daripada ketika mereka berjalan di daratan. Mereka berhasil
melintasinya, tidak ada sesuatu pun yang hilang, dan tidak ada seorang pun yang
tenggelam." (Diriwayatkan oleh Abu Na'im dari Abu Bakar bin Hafsh bin
`Umar)
Riwayat lain menceritakan bahwa Sa'ad dan pasukannya
menccburkan diri ke sungai Tigris berpasang-pasangan. Salman menjadi pasangan
Sa'ad, mereka berdampingan berjalan di atas air. Sa'ad berkata, "Demikianlah
ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." Air sungai Tigris
mengapungkan Sa'ad dan pasukannya, sementara kuda mereka menyeberangi sungai
sambil berdiri tegak. Bila Sa'ad lelah, di depannya terhampar sebuah gundukan,
lalu ia beristirahat di atasnya seolah-olah berada di atas tanah. Tidak ada
pemandangan yang lebih menakjubkan selain pemandangan itu, karena itulah hari
itu disebut dengan Yaumul Jaratsim. Jika ada yang lelah, maka di depannya
terhampar sebuah gundukan tempat untuk istirahat. (Riwayat Abu Na'im dari Amir
al-Sha'idi)
Qais bin Abi Hazim berkata, "Kami menundukkan sungai
Tigris yang sedang meluap airnya. Meskipun air pasang mencapai puncak
ketinggiannya, prajurit berkuda tetap tegak dan air tidak sampai menyentuh ikat
perut kudanya," (Riwayat Abu Na'im).
Dalam riwayat lain diceritakan bahwa ketika kaum muslimin
menyeberangi sungai Tigris , penduduk Persia
berkata, "Mereka itu jin, bukan manusia," (Riwayat Abu Na'im dari
Habib bin Shahban, dikutip dari kitab Hujjatullah 'ala al-'Alaamin).
http://sobecan.blogspot.my/2015/07/kisah-sahabat-nabi-karomah-saad-bin-abi.html
http://sobecan.blogspot.my/2015/07/kisah-sahabat-nabi-karomah-saad-bin-abi.html
No comments:
Post a Comment