Inilah Jalan Sufi Headline Animator

Whatsap Saya

Pencerahan Bid'ah

Tuesday, October 31, 2017

PANTUN SIFAT 20

*PANTUN SIFAT 20*
*1. WUJUD*
Wujud ALLAH wajib ada
Wujud kita harus sahaja
Wujud ALLAH dapat dirasa
Namun ia tak dapat diduga.
*2. QIDAM*
Ada ALLAH, tiada mula
Sejak azali, Dia sedia
Ada kita diciptakanNya
Dari tiada kepada ada.
*3. BAQA*
Ada ALLAH, kekal sentiasa
Tiada yang mengubahNya
Ada kita binasa akhirnya
Datang dariNya, pulang kepadaNya.
*4. MUKHOLAFAH LIL HAWADIS*
Ada ALLAH, tiada serupa
Tak berbentuk dan berupa
Tak bertempat di mana jua
Tidak takluk pada masa.
*5. QIAMUHU BI NAFSIHI*
Ada ALLAH, sendiri sahaja
Tak berhajat pada apa jua
Cukuplah Dia dengan DiriNya
Bahkan kita yang perlu padaNya.
*6. WAHDANIYYAH*
Ada ALLAH, Esa sahaja
Tidak berbilang apa pun jua
Tidak bersusun dari apa-apa
Anak tiada bapa pun tiada.
*7. QUDRAT*
Ada ALLAH, Pemilik Kuasa
Kita hanya dikuasa jua
Kuasa ALLAH tiada terkira
Kuasa kita terbatas jua.
*8. IRADAT*
Ada ALLAH, Kehendak MilikNya
Kehendak kita kehendakNya jua
Tiada yang dapat mengatasiNya
Pasrahlah kita kepadaNya.
*9. ILMU*
Ada ALLAH, Ilmu MilikNya
Kita jahil tak tahu apa-apa
Dialah yang Maha Bijaksana
Semua takdirNya elok belaka.
*10. HAYAT*
Ada ALLAH, Hayat MilikNya
Tidak mati mahupun binasa
Dialah yang kekal jua
Lemahlah kita tiada berdaya.
*11. SAMA'*
Ada ALLAH, Dengar MilikNya
Tiada apa yang sunyi dariNya
Tiap kata didengarNya jua
Maka berwaspadalah kita.
*12. BASYOR*
Ada ALLAH, Lihat MilikNya
Tiada dapat selindung dariNya
Zahir batin dilihatNya jua
Baik buruk pasti dihitungNya.
*13. KALAM*
Ada ALLAH, Kata MilikNya
Kita makhluk kelulah jua
Tiada kata seindah KataNya
Al-Quran itu pengzahirannya.
Kita hamba lemahlah jua
Tiada berdaya, tiada berupaya
KepadaNya berpasrahlah kita
Baru kita hidup bahagia...ud ALLAH dapat dirasa
Namun ia tak dapat diduga.
Ada ALLAH, tiada mula
Sejak azali, Dia sedia
Ada kita diciptakanNya
Dari tiada kepada ada.
Ada ALLAH, kekal sentiasa
Tiada yang mengubahNya
Ada kita binasa akhirnya
Datang dariNya, pulang kepadaNya.
Ada ALLAH, tiada serupa
Tak berbentuk dan berupa
Tak bertempat di mana jua
Tidak takluk pada masa.
Ada ALLAH, sendiri sahaja
Tak berhajat pada apa jua
Cukuplah Dia dengan DiriNya
Bahkan kita yang perlu padaNya.
Ada ALLAH, Esa sahaja
Tidak berbilang apa pun jua
Tidak bersusun dari apa-apa
Anak tiada bapa pun tiada.
*14. KAUNUHU TA'ALA QADIRAN*
Ada ALLAH, Pemilik Kuasa
Kita hanya dikuasa jua
Kuasa ALLAH tiada terkira
Kuasa kita terbatas jua.
*15. KAUNUHU TA' ALA MURIDAN*
Ada ALLAH, Kehendak MilikNya
Kehendak kita kehendakNya jua
Tiada yang dapat mengatasiNya
Pasrahlah kita kepadaNya.
*16. KAUNUHU TA'ALA 'ALIMAN*
Ada ALLAH, Ilmu MilikNya
Kita jahil tak tahu apa-apa
Dialah yang Maha Bijaksana
Semua takdirNya elok belaka.
*17. KAUNUHU TA'ALA HAYYAN*
Ada ALLAH, Hayat MilikNya
Tidak mati mahupun binasa
Dialah yang kekal jua
Lemahlah kita tiada berdaya.
*18. KAUNUHU TA'ALA SAMI'AN*
Ada ALLAH, Dengar MilikNya
Tiada apa yang sunyi dariNya
Tiap kata didengarNya jua
Maka berwaspadalah kita.
*19. KAUNUHU TA'ALA BASHIRON*
Ada ALLAH, Lihat MilikNya
Tiada dapat selindung dariNya
Zahir batin dilihatNya juaj
Baik buruk pasti dihitungNya.
*20. KAUNUHU TA'ALA MUKTAKALIMAN* Ada ALLAH, Kata MilikNya
Kita makhluk kelulah jua
Tiada kata seindah KataNya
Al-Quran itu pengzahirannya.
Kita hamba lemahlah jua
Tiada berdaya, tiada berupaya
KepadaNya berpasrahlah kita
Baru kita hidup bahagia...

Monday, October 30, 2017

Thursday, October 26, 2017

Hjmsabri An-Naqsyabandi

https://web.facebook.com/hjmsabrighazalialkulah?fref=jewel

Jika gurumu menyuruhmu makan ikan, tapi beliau memberimu cacing

"Jika gurumu menyuruhmu makan ikan, tapi beliau memberimu cacing, janganlah kau berperasangka bahawa beliau itu bodoh, gila, & kau layak mencacinya.
Maka yang harus kau lakukan adalah mencari kail. Bukan memakan cacing itu. Jika kau memakan cacing itu, engkaulah yang bodoh dalam memahami pesan gurumu. Tapi kebanyakan dari dirimu adalah memakan cacing itu"..
[ Al-Fadhil Ustaz Jafri Abu Bakar ]

Second experience subhanallah

Wednesday, October 25, 2017

ISTANA RAJA HANCUR KARENA LALAT


ABU NAWAS : ISTANA RAJA HANCUR KARENA LALAT
KISAH ABU NAWA YANG CERDIK HADIR KEMBALI KAWAN-KAWAN.ABU NAWAS SANGAT SEDIH MELIHAT RUMAHNYA HANCUR KARENA DIOBRAK-ABRIK PRAJURIT KERAJAAN. TAPI, DENGAN AKAL LICIKNYA, ABUNAWAS BERHASIL MEMBALAS MENGHANCURKAN KERAJAAN DENGAN SEBUAH TONGKAT YANG TERBUAT DARI BESI. DENGAN BERDALIH UNTUK MEMBUNUH LALAT-LALAT YANG TELAH MAKAN NASINYA, ABU NAWAS MEMPORAK-PORANDAKAN SELURUH ISI KERAJAAN.
Berikut Kisahnya
PADA SUATU HARI ABU NAWAS TERLIHAT MURUNG. IA HANYA TERTUNDUK LESU MENDENGARKAN PENUTURAN ISTRINYA YANG MENGATAKAN KALAU BEBERAPA PEKERJA KERAJAAN ATAS TITAH RAJA HARUN MEMBONGKAR RUMAHNYA. RAJA BERDALIH BAHWA ITU DILAKUKAN KARENA BERMIMPI KALAU DI BAWAH RUMAHNYA TERPENDAM EMAS DAN PERMATA YANG TAK TERNILAI HARGANYA.
Namun, setelah mereka terus menerus menggali, ternyata emas dan permata tidaj jua ditemukan. Parahnya, sang raja juga tidak mau meminta maaf dan mengganti rugi sedikitpun kepada Abu Nawas. Karena itulah Abu Nawas sakit hati dan memendam rasa dendam kepada perusak rumahnya.
Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum juga ia menemukan muslihat untuk membalas perbuatan baginda. Makanan yang dihidangkan istrinya pun tidak dimakan karena nafsu makannya telah lenyap.
Balasan Abu Nawas
KEESOKAN HARINYA ABU NAWAS MELIHAT BANYAK LALAT-LALAT MULAI MENYERBU MAKANANNYA YANG SUDAH MULAI BASI. BEGITU MELIHAT LALAT-LALAT ITU BERTERBANGAN, ABU NAWASTIBA-TIBA SAJA TERTAWA RIANG SEOLAH MENDAPATKAN IDE.
“Tolong ambilkan kain penutup untuk makananku dan sebatang besi,” kata Abu Nawas kepada istrinya.
Dengan wajah berseri-seri, Abu Nawas berangkat menuju istana.
Setiba di istana, Abu Nawas membungkuk memberi hormat kepada Raja Harun. Raja Harun terkejut atas kedatangan Abu Nawas.i hadapan para menterinya, Raja Harun mempersilahkan Abu Nawas untuk menghadap.
“Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda hanya untuk mengadukan perlakuan tamu-tamu yang tidak diundang. Mereka memasuki rumah hamba tanpa izin dan berani memakan makanan hamba,” lapor Abu Nawas.
“Siapakah tamu-tamu tidak diundang itu wahai Abu Nawas?” ujar Baginda dengan bijaksana.
“Lalat-lalat ini Tuanku,” kata Abu Nawas sambil membuka penutup piringnya.
“KEPADA SIAPA LAGI KALAU BUKAN KEPADA PADUKA JUNJUNGAN HAMBA, HAMBA MENGADUKAN PERLAKUAN YANG TIDAK ADIL INI,” UJAR ABU NAWAS SEKALI LAGI.
“LALU, KEADILAN YANG BAGAIMANA YANG ENGKAU INGINKAN DARIKU?” RESPON RAJA HARUN.
HAMBA HANYA MENGINGINKAN IZIN TERTULIS DARI BAGINDA SENDIRI AGAR HAMBA BISA DENGAN LELUASA MENGHUKUM LALAT-LALAT YANG NAKAL ITU,” KATA ABU NAWAS MEMULAI MUSLIHATNYA.
Kaca Pecah
AKHIRNYA RAJA HARUN DENGAN TERPAKSA MEMBUAT SURAT IZIN YANG ISINYA MEMPERKENANKAN ABU NAWAS MEMUKUL LALAT-LALAT ITU DIMANAPUN MEREKA HINGGAP. SETELAH MENDAPAT IZIN TERTULIS ITU ABU NAWAS MULAI MENGUSIR LALAT-LALAT DI PIRINGNYA HINGGA MEREKA TERBANG DAN HINGGAP DI SANA SINI. DENGAN MENGGUNAKAN TONGKAT BESI YANG DIBAWA DARI RUMAH, ABU NAWAS MENGEJAR DAN MEMUKULI LALAT-LALAT ITU.
Ketika hinggap di kaca, Abu Nawas dengan tenang dan leluasa memukul kaca itu hingga pecah. Kemudian vas bunga nan indah juga ikut terkena pukul dan pecah. Akhirnya hanya dalam beberapa menit saja seluruh perabot istana hancur berkeping-keping. Raja Harun tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyadari kekeliruannya yang telah dilakukan terhadap Abu Nawas dan keluarganysa.
Dan setwlah merasa puas, Abu Nawas mohon diri
Barang-barang kesayangan Raja Harun banyak yang hancur. Bukan cuma itu saja, raja juga menanggung rasa malu. Kini dia sadar betapa kelirunya telah berbuat semena-mena kepada Abu Nawas.

Friday, October 6, 2017

Jawaban ‘Syirik’ Terhadap Shalawat Nariyah


Jawaban atas Tuduhan ‘Syirik’ Terhadap Shalawat Nariyah yang Dibaca oleh Jutaan Muslim di Seluruh Dunia
بسم الله
الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على من اسرى الله به ليلا من
المسجد الحرام الى المسجد الاقصى, سيدنا محمد المصطفى والمجتبى, وعلى اله وصحبه
اهل التقى والوفى….
Di antara amaliyah Ummat Islam khususnya kalangan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah membaca sholawat atas Nabi –shollallohu ‘alaihi wasallam- dengan bermacam redaksi. Dan diantara redaksi sholawat yang paling masyhur di kalangan ASWAJA khusunya Nahdliyyin di Indonesia adalah Shalawat Nariyah.
Shalawat Nariyah bukan Syirik
Shalawat Nariyah bukan SyirikNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected image
Namun belakangan ini para pengamal shalawat tersebut (juga shalawat yang lain) mendapat tuduhan dan stigma negative oleh sebagian kelompok yang kami anggap kurang atau bahkan sama sekali tidak memahami persoalan. Dan yang terbaru adalah apa yang menjadi konten tayangan Trans 7 yang bertajuk Khazanah. Bid’ah dan Syirik adalah label yang mereka sematkan kepada beberapa redaksi sholawat. Sungguh berbagai upaya Tabayyun telah diusahakan oleh para ahlinya, namun telinga dan mata hati mereka seakan telah tertutup tebalnya tembok doktrin yang tidak berdasar.
Namun demikian, kami berharap tulisan sederhana dari al faqir yang mencintai kedamian ini menjadi sumbangsih kami demi terciptanya ukhuwah dan perdamian… Semoga Alloh berkenan memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua…
ألّلهُمَّ
صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدِنِالَّذِى تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى
بِهِ
الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى
الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ فِي كُلِّ لَمْحَةٍ
وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ
“ Ya Allah… Curahkanlah limpahan shalawat (rahmat) dan salam yang sempurna atas junjungan kami Muhammad, yang dengannya terlepas banyak ikatan, terbuka banyak kesulitan, terpenuhi banyak hajat, tercapai banyak keinginan, tergapai Husnul Khotimah, dan berkat wajahnya nan mulia hujan diturunkan, juga atas keluarga dan para sahabatnya, disetiap kedipan mata dan hembusan nafas, sebanyak segala yang diketahui oleh-Mu “
Demikian kurang lebih redaksi Shalawat Nariyah yang sering dituduh sebagai Shalawat “Syirik”. Tulisan kami kali ini tidak menjelaskan sholawat Nariyah dari sudut pandang Bid’ah, mengingat sudah banyak yang menjelaskan tentang redaksi Shalawat Ghoiru Ma’tsur semisal redaksi sholawatnya Sayyidina Ali, Ibn Mas’ud, Imam Hasan Al Bishri, Al Ghozali dan yang lain.
Disini kami ingin membuktikan bahwa shalawat Nariyah sama sekali tidak mengandung unsur “Syirik”.
Pertama: Sholawat, apapun redaksinya selama substansi dan nilai dasar dari sholawat tersebut adalah Memohon Rohmat dan Salam kepada Allah untuk Nabi Muhammad – shollallohu ‘alaihi wasallam- , tidak akan mengandung syirik.
Coba anda perhatikan redaksi shalawat berikut :
ألّلهُمَّ
صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ
“ Ya Alloh.. Curahkanlah limpahan sholawat (rahmat) dan salam yang sempurna atas junjungan kami Muhammad”.
Dalam redaksi shalawat tersebut (juga sholawat-sholawat yang lain) kita dapati setidaknya empat rukun:
1. Alloh Al Quddus : Dzat Yang
dimohon untuk memberikan rahmat dan salam
2. Sholawat (Rahmat) dan Salam : Obyek perkara yang dimohon
3. Nabi Muhammad : Yang dimohonkan untuknya
4. Musholli ‘alan Nabi : Orang yang memohon rahmat dan salam
Dengan demikian, apapun redaksi sholawat akan dengan proporsional menempatkan Allah sebagai Dzat yang dimohon dan menempatkan Rosululloh sebagai makhluk yang dimohonkan rohmat dan salam untuknya. Sehingga orang yang bersholawat tidak akan pernah menyamakan Rosululloh dengan Robbnya yakni Alloh –subhanahu wa ta’ala-, inilah salah satu dari hikmah perintah membaca sholawat dan salam atas Rosululloh, yakni menghindarkan ummat Islam terjatuh dalam kesalahan ummat Nabi Isa –‘alaihis salam-.
Kedua : Tentang pujian-pujian kepada Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wasallam- yang mengiringi sholawat Nariyah, adakah pujian-pujian tersebut yang mengandung unsur “syirik” ?
Mari kita buktikan bersama :
a. Redaksi yang berbunyi :
الَّذِى
تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ
“yang dengannya terlepas banyak ikatan, terbuka banyak kesulitan”. Adalah Imam Al Hakim dalam Al Mustadroknya dan Imam At Tirmidzi dalam As Sunan-nya meriwayatkan sebuah hadits tentang lelaki buta yang mengadu kepada Rosululloh :
يَا
رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ
لَيْسَ لِي قَائِدٌ وَقَدْ شَقَّ عليَّ ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ
:اِئْتِ الْمِيْضأةَ فَتَوَضَّأْ ثُمَّ صَلِّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ يَا
مُحَمَّدُ إِنِّي أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّكَ فَيُجْلِي لِي عَنْ بَصَرِي ،
اللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ وَشَفِّعْنِي فِي نَفْسِي ، قَالَ عُثْمَانُ :
فَوَاللهِ مَا تَفَرَّقْنَا وَلَا طَالَ بِنَا الْحَدِيْثُ حَتَّى
دَخَلَ الرَّجُلُ وَكَأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ بِهِ ضَرَرٌ
“Ya Rosulalloh, sungguh saya tidak memiliki penuntun dan saya merasa berat,” kata laki-laki buta tersebut. Kemudian Rosululloh memerintahkan : “Pergilah ke tempat wudhu dan berwu-dhulah, kemudian sholatlah dua roakaat.”
Selanjutnya laki-laki tersebut berdo’a : “Ya Alloh, sungguh saya memohon kepada-Mu dan bertawassul kepada-Mu dengan Nabi-Mu Muhammad, Nabi rohmat. Wahai Muhammad saya bertawassul denganmu kepada Tuhanmu agar Dia menyembuhkan pandanganku. Ya Alloh, terimalah syafa’atnya untukku dan terimalah syafaatku untuk diriku.”
Utsman (yang meriwayatkan hadits) berkata : “Maka demi Alloh, kami belum bubar dan belum lama obrolan selesai, sampai lelaki buta itu masuk seolah ia belum pernah mengalami kebutaan.” Imam Al Hakim meriwayatkan hadits diatas dalam Al Mustadrok, dan beliau berkata bahwa hadits tersebut shohih, sedang Imam At Tirmidzi menilai hadits diatas sebagai hadits hasan shohih yang ghorib.
Abu Ya’la dalam Al Musnad-nya meriwayatkan sebuah hadits tentang Qotadah :
أَنَّ قَتَادَةَ بْنَ النُّعْمَانِ أُصِيْبَتْ
عَيْنُهُ يَوْمَ
بَدْرٍ فَسَالَتْ حَدْقَتُهُ عَلَى وَجْنَتِهِ فَأَرَادُوْا أَنْ يَقْطَعُوْهَا
فَسَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : لَا : فَدَعَا بِهِ
فَغَمَزَ حَدْقَتَهُ بِرَاحَتِهِ فَكَانَ لَا يُدْرَى أَيُّ عَيْنِهِ أُصِيْبَتْ
Bahwa Qotadah ibnu an Nu’man mengalami kecelakakaan pada matanya sewaktu perang badar hingga kornea matannya keluar ke pipinya. Para sahabat hendak memutus kornea mata tersebut. Lalu Qotadah bertanya kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam. “Jangan !“ kata Rosululloh. Kemudian Rosululloh meletakkan telapak tangan beliau pada kornea mata Qotadah, lalu menekan masuk. Selanjutnya tidak diketahui mata yang mana yang pernah mengalami kecelakaan. (HR, Abu Ya’la)
Adakah redaksi sholawat tersebut mengandung unsur syirik, sedang faktanya sebagaimana yang anda saksikan dalam hadits-hadits di atas yang tentunya masih banyak fakta-fakta lain ? Terlebih Rasulullah Saw sendiri mencanangkan dalam sabdanya yang mulia :
وَمَنْ
فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ
يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Dan barangsiapa membebaskan saudaranya muslim dari kesulitan, maka Allah akan membebaskan kesulitannya dari kesulitan-kesulitan hari kiamat”. (Muttafaq ‘Alaih)
Maka pertanyaannya adalah : Musyrik-kah kami dan orang-orang yang memuji Nabi Muhammad Saw sebagai makhluk “yang dengannya dilepaskan segala ikatan dan dibebaskan segala kesulitan…? ”
b. Redaksi selanjutnya berbunyi :
وَتُقْضَى
بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
terpenuhi banyak hajat, tercapai banyak keinginan, Imam Al Bukhori meriwayatkan sebuah hadits tentang Rosululloh yang mengabulkan keinginan Abu Huroiroh :
يَا
رَسُولَ اللهِ إِنِّي أَسْمَعُ مِنْكَ حَدِيثًا كَثِيرًا أَنْسَاهُ قَالَ
ابْسُطْ رِدَاءَكَ فَبَسَطْتُهُ قَالَ فَغَرَفَ بِيَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ ضُمَّهُ
فَضَمَمْتُهُ فَمَا نَسِيتُ شَيْئًا بَعْدَهُ
“Wahai Rosululloh, saya mendengar banyak hadits darimu namun saya lupa. Saya ingin lupa ini hilang,” Abu Huroiroh mengadu. “Bentangkan selendangmu,” perintah beliau.
Lalu Abu Huroiroh membentangkan selendangnya dan Nabi mengambil udara dengan tangannya dan meletakkannya pada selendang tersebut kemudian bersabda, “Lipatlah selendangmu!”
Lalu Abu Huroiroh melipat selendangnya. “Sesudah peristiwa itu saya tidak pernah
mengalami lupa,” ucap Abu Huroiroh. (HR. Al Bukhori)
Perhatikan fakta bahwa Rasulullah Saw mengabulkan keinginan Abu Huroiroh, dan tentunya masih banyak fakta-fakta lain yang menunjukkan bahwa Rasulullah Saw sering mengabulkan keinginan para sahabatnya, terlebih jika kita memperhatikan hadits-hadits berikut :
وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ
“Barangsiapa memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya.”(HR. Al Bukhori / Muslim.)
وَاللهُ فِي عَوْنِ
الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
“Allah senantiasa membantu seorang hamba sepanjang ia selalu membantu saudaranya.” (HR. Muslim, Abu Dawud dan yang lain.)
Maka di manakah redaksi shalawat yang memuji Nabi sebagai makhluk “yang dengannya terpenuhi banyak hajat, tercapai banyak keinginan,” dianggap syirik …?
c. Redaksi selanjutnya berbunyi :
وَحُسْنُ
الْخَوَاتِمِ
“tergapai Husnul Khotimah”, adakah yang salah dari redaksi sholawat tersebut ? Sedang faktanya adalah Bahwa Umar Ibn Khotthob –rodhiyallohu ‘anhu- yang sebelumnya sangat membenci Islam kemudian masuk islam berkat do’a Nabi ? juga Tsumamah serta para sahabat yang lain yang masuk Islam berkat akhlak mulia Rasulullah Saw?
d. Redaksi selanjutnya berbunyi :
وَيُسْتَسْقَى
الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ فِي كُلِّ لَمْحَةٍ
وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ
“dan berkat wajahnya nan mulia hujan diturunkan, juga atas keluarga dan para sahabatnya, disetiap kedipan mata dan hembusan nafas, sebanyak segala yang diketahui oleh-Mu,” kepada semua yang menganggap syirik redaksi sholawat tersebut, perhatikanlah fakta berikut :
فَهَذَا
أَعْرَاِبّي يُنَادِيْهِ وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ
يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَقُوْلُ : يَا رَسُولَ اللهِ هَلَكَتْ
الْأَمْوَالُ وَانْقَطَعْتِ السُّبُلُ فَادْعُ اللهَ أَنْ يُغِيثَنَا فَدَعَا
اللهَ وَجَاءَ الْمَطَرُ إِلَى الْجُمْعَةِ الثَّانِيَةِ ، فَجَاءَ وَقَالَ : يَا
رَسُوْلَ اللهِ تَهَدَّمَتِ الْبُيُوْتُ وَتَقَطَّعَتِ السُّبُلُ وَهَلَكَتِ
الْمَوَاشِي
.. يَعْنِي مِنْ كَثْرَةِ الْمَطَرِ فَدَعَا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَانْجَابَ
السَّحَابُ وَصَارَ الْمَطَرُ حَوْلَ الْمَدِيْنَةِ
Seorang A’rabi memanggil Rosululloh saat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam berkhutbah pada hari Jum’at ; “Wahai Rosululloh, harta benda rusak parah dan jalan-jalan terputus. Berdo’alah engkau kepada Allah agar Dia menurunkan hujan.”Beliau kemudian berdo’a dan turunlah hujan hingga jum’ah kedua. Berikutnya A’robi tadi datang lagi kepada beliau. “Wahai Rosululloh, rumah-rumah roboh, jalan-jalan terputus, dan binatang-binatang ternak mati…” yakni karena derasnya hujan. Akhirnya beliau shollallohu ‘alaihi wasallam berdo’a dan mendung pun hilang. Hujan terjadi di sekitar Madinah.” (HR. Bukhori, Muslim, dan yang lain).
Selanjutnya Imam Al Bukhori juga meriwayatkan hadits dalam shohihnya dengan sanad bersambung hingga Abdulloh Ibn Umar :
وَقَالَ عُمَرُ بْنُ
حَمْزَةَ حَدَّثَنَا سَالِمٌ عَنْ أَبِيهِ رُبَّمَا ذَكَرْتُ قَوْلَ الشَّاعِرِ وَأَنَا
أَنْظُرُ إِلَى وَجْهِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَسْقِي
فَمَا يَنْزِلُ حَتَّى يَجِيشَ كُلُّ مِيزَابٍ* وَأَبْيَضَ يُسْتَسْقَى الْغَمَامُ
بِوَجْهِهِ* ثِمَالُ الْيَتَامَى عِصْمَةٌ لِلْأَرَامِلِ
Umar bin Hamzah berkata, Salim telah menceritakan padaku dari ayahnya: “Kadang aku mengingat seorang penyair seraya kupandang wajah Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang sedang memohon hujan. Maka beliau tidak turun sampai talang mengalir airnya.” Rambut yang memutih (menyaksikan); mendung diminta menurunkan hujan dengan wajahnya…. dialah penyantun anak-anak yatim juga pelindung para janda…. (HR. Bukhori)
Jika pujian yang berbunyi “Wa Yustasqol Ghomaamu Biwajhihil Kariim” (dan berkat wajahnya nan mulia hujan diturunkan) dianggap syirik, maka adakah Abdulloh Ibnu Umar yang menyitir syiir tersebut telah musyrik …?
أَفَنَجْعَلُ
الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ
“Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)? Atau adakah kalian (berbuat demikian): bagaimana kalian mengambil keputusan (menghukumi)…?”
Wallohu a’lam….