Taqwa, taat pemimpin dan berpegang pada sunnah
Tiga hal tersebut terkumpul dalam hadits Nabi:
عَنِ اْلعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ: صَلَّى لَنَا رَسُوْلُ اللهِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيْغَةً, ذَرِفَتْ لَهَا اْلأَعْيُنُ وَ وَجِلَتْ مِنْهَا اْلقُلُوْبُ. قُلْنَا أَوْ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ, كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا! أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَ اْلسَّمْعِ وَ اْلطَّاعَةِ وَ إِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا, فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى بَعْدِيْ اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا, فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَ سُنَّةِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اْلمَهْدِيِّيْنَ وَ عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ, وَ إِيَّاكُمْ وَ مُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَ إِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
Dari Irbadz bin Sariyah, berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat mengimami kami lalu beliau menhadap kami dan menasehati kami dengan nasehat yang mendalam, air mata kami menetes olehnya dan hati kami terenyuh dibuatnya. Kami atau mereka berkata, “Ya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamsepertinya ini nasehat orang yang berpamitan, maka berilah kami nasehat.” Beliau berkata, “Aku wasiatkan kepada kalian dengan taqwa kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala dan mendengar serta taat (kepada pemimpin) sekalipun dia adalah budak Habsyi (orang hitam). Sesungguhnya orang yang hidup dari kalian, niscaya dia akan mendapati setelahku perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafaur yang lurus dan mendapat petunjuk, gigitlah dengan gigi gerahammu (peganglah kuat-kuat). Dan hati-hatilah dari perkara-perkara yang baru, (dalam ibadah), sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”[6]
Dalam hadits ini, Nabi menjelaskan penyakit fitnah dan obatnya, yaitu dengan:
- Bertaqwa kepada Allah, karena Allah tidak akan menyia-nyiakan hambaNya yang bertaqwa kepadaNya. Tholq bin Habib pernah menasehatkan kepada Bakr bin Abdillah tatkala berkecamuk fitnah Ibnul Asy’ats: “Hadapilah dengan taqwa, yaitu engkau mengamalkan ketaatan kepada Allah di atas cahaya Allah dengan mengharapkan pahala Allah, dan engkau meninggalkan kemaksiatan di atas cahaya Allah karena takut siksa Allah”.[7]
- Taat kepada pemimpin dan tidak memberontak mereka sebagaimana sangat ditekankan oleh agama Islam, karena dengan demikian akan terwujudkan keamanan dan ketentraman negara. Sebaliknya, dengan melalaikan hal ini akan membawa keburukan dan kerusakan sebagaimana terbukti dalam sejarah sepanjang zaman. Abdullah bin Mubarok berkata: “Barangsiapa meremehkan ulama maka akheratnya hancur dan barangsiapa meremehkan pemimpin maka dunianya akan hancur”.[8]
- Berpegang kepada sunnah dan sunnah para khalifah setelah beliau, karena dia akan mengikuti petunjuk-petunjuk Nabi dalam menghadapi fitnah sehingga akan tegar dan selamat. Dan perhatikanlah Nabi mengiringkan sunnah beliau dengan sunnah para khalifah rasyidin sebagai isyarat kepada pentingnya pemahaman salaf shalih dalam memahami Al-Quran dan Sunnah.
No comments:
Post a Comment