Mai kita belajar ambik ayak semayang cara mazhab hanafi..
***boleh saja kita ikut cara hanafi... tapi dengan syarat ibadah selepas tuu pun kena ikut cara hanafi juga...
Jgn kita wuduk cara hanafi pahtu kita semayang cara syafei .... itu x sah !
***
Ambik ilmu saja... jgn buat selagi x faham faham keseluruhan..
Kalau dah faham x pa laaa .... boleh di amalkan tika buat haji @ umrah !
A. Fardhu Wudhu’ Empat Perkara :
Niat ikut hanafi
Membasuh Muka.
Batasan muka secara Vertikal (atas bawah) bagi orang yang tidak punya janggot adalah mulai dari tempat tumbuh rambut yang biasa, sampai tempat penghabisan dagu.
Batasan muka secara Horizontal (kiri kanan) adalah mulai dari asal telinga yang satu ke telinga yang lain.
Wajib membasuh kedua mata lahir dan bathin.
Membasuh kedua tangan beserta kedua siku.
Menyapu seperempat kepala, atau sebesar telapak tangan.
Ukuran seperempat kepala yaitu sebesar telapak tangan, maka yang wajib disapu menurut Mazhab hanafi adalah sebesar telapak tangan, dan tidak mesti menyapu dengan telapak tangan. Sehingga kalau tersapu seperempat kepala bukan dengan telapak tangan, maka boleh dan dianggap sah.
Membasuh kedua kaki beserta dua mata kaki.
Catatan: Perkara yang selain empat ini, menurut Mazhab Hanafi adalah Sunat.
B. Sunat-sunat Wudhu’ Menurut Mazhab Hanafi.
Sunnat menurut mazhab hanafi terbagi dua, yaitu:
a. Sunat Muakkad
b. Sunat Ghairu Muakkad
Sunat Muakkad adalah mendapat pahala kalau di kerjakan, dan disiksa kalau di tinggalkan, siksaan yang dimaksudkan disini bukanlah disiksa dengan neraka, tetapi tidak akan mendapat syafa’at Rasulullah di hari kiamat.
Adapun yang menjadi Sunat-sunat wudhu’ yang Muakkad dalam mazhab hanafi adalah sebagai berikut:
1.Membaca Bismillah, Lafazdnya menurut Mazhab Hanafi disini yaitu :
بسم الله العظيم والحمد لله على دين الاسلام
2.Membasuh tangan hingga pergelangan tangan.
3.Madhmadhah dan istinsyaq.
Madhmadhah adalah memasukkan air kedalam sekalian mulutnya, boleh dengan hanya meletakkan air dimulut dengan tanpa menggerak-gerakkan, adapun kalau menghirup air semata-mata maka tidak sah.
Istinsyak adalah menarik air kedalam hidung sampai kepada penghujung tulang hidung yang lembek.
4.Takhlil jari-jari dua tangan dan kaki
Takhlil adalah memasukkan sebagian jari-jari tangan pada sebagian yang lain, takhlil ini hukumnya sunat kalau sampai air kesemua celah-celah jari tersebut, padahal jari dalam keaadaan rapat, adapun kalau air tidak sampai kecelah-celah jari maka takhlil hukumnya wajib.
5.Mengulang-ulang membasuh/menyapu sebanyak tiga kali.
6.Menyapu sekalian kepala, cara membasuh kepala adalah meletakkan jari-jari tangan di atas permulaan kepala, kemudian mengusapkannya di atas permulaan kepala sampai ke tengkuk (Kuduk).
7.Menyapu dua telinga.
8.Niat.
9.Tertib.
10.Muwalat.
11.Siwak (Sikat Gigi).
12.Mengambil bejana dengan tangan kanan ketika membasuh kaki, maka menuang ia pada hadapan kakinya yang kanan dan menggosok ia dengan tangan kiri, kemudian kaki kiri seperti itu juga.
13.Memulai ia dari ujung-ujung jari tangan dan kaki pada menggosok-gosok waktu membasuh kaki.
14.Memulai ia pada hadapan kepala sewaktu menyapu kepala.
15.Tertib pada Madhmadhah dan Istinsyaq.
16.Mubalaghah pada keduanya, kecuali pada orang yang berpuasa, maka hukumnya makruh.
17.Meletakkan air pada hidung dan menariknya sehingga sampai pangkal hidung.
18.Tidak boros dalam memakai air
19.Mengulang membasuh dua tangan beserta membasuh dua siku. Kalau seseorang membasuh dua tangan kemudian membasuh muka, dan kemudian membasuh dua sikunya mulai dari pergelangan tangan sampai kedua sikunya, maka ia telah melaksankan fardhu dan sunat.
Catatan :
Makruh wudhu’ terbagi dua dalam mazhab Hanafi:
a.Makruh Tahrim yaitu meninggalkan sunat muaakad
b.Makruh Tanzih yaitu meninggalkan Mandub atau Sunat atau Fadhilah.
C. Perkara-perkara yang Membatalkan Wudhu’ dalam Mazhab Hanafi:
1.Sesuatu yang keluar dari dua jalan (qubul dan dubur) kecuali angin qubul.
2.Najis yang mengalir dari selain dua jalan seperti darah, nanah, dan muntah
air atau muntah makanan, ‘Alaq ( darah yang keras dari maidah), atau cairan pahit yang berwarna kuning apabila sudah penuh dalam mulut.
3.Wiladah (Melahirkan) yang tidak disertai darah.
4.Darah yang lebih banyak dari air liur atau menyamai air liur dalam mulut.
5.Tidur terbaring atau tertekan atau bersandar pada sesuatu yang andai kata di hilangkan, maka ia akan jatuh
6.Terangkat tempat duduk bagi orang yang tidur diatas tempat duduk sebelum terjaga, walaupun tidak terjatuh
7.Pitam
8.Gila
9.Mabuk
10.Tertawa terbahak-bahak dalam sembahyang dengan ukuran dapat terdengar suara oleh orang di samping, walaupun sengaja keluar dengan tertawa itu dari melakukan sembahyang.
Catatan:
Tidak Membatalkan wudhu’ dengan sebab perkara-perkara berikut ini menurut Mazhab Hanafi :
1.Darah yang tidak mengalir dari tempatnya.
2.Terkelupas daging tapi tidak mengalir darah.
3.Keluar ulat dari luka, telinga dan hidung.
4.Menyentuh Kemaluan.
5.Menyentuh Perempuan.
6.Muntah yang tidak memenuhi mulut.
7.Muntah dahak walaupun banyak.
8.Tidur secara miring yang boleh jadi hilang maq’ad (Tempat Duduk).
9.Tidur yang tetap.
10.Tidur orang yang sedang Shalat walau sedang rukuk.
Kesimpulan Pendapat Fuqaha’ Pada Syarat-Syarat Thawaf
1.Suci dari hadas dan najis bukan syarat thawaf menurut Mazhab hanafi akan tetapi merupakan salah satu yang wajib, dan menjadi syarat menurut imam-imam yang lain
2.Niat thawaf adalah asal niat ( bukan ta’yinnya niat ) menurut mazhab hanafi. niat bukan syarat thawaf menurut Imam Malik. Sementara menurut Imam Syafi’i niat beserta ta’yin merupakan syarat
3.Berjalan kaki bagi orang yang mampu, merupakan syarat thawaf menurut Mazhab hanafi dan hambali, dan merupakan wajib thawaf menurut Imam Malik. dan bukan syarat menurut Imam Syafi’i.
4.Pelaksanaan thawaf di mesjid merupakan syarat menurut kesepakan para Imam Mazhab
5.Memulai dari Hajar Aswad bukan syarat menurut Mazhab hanafi, Akan tetapi wajib I’adah, kalau tidak maka wajib Dam, sedangkan menurut Imam Syafi’i dan Hambali hal ini merupakan syarat
6.Tertib atau menjadikan Baitullah sebelah kiri orang thawaf, wajib menurut Mazhab hanafi dan syarat menurut imam yang lain
Muwalat bukan syarat menurut mazhab hanafi dan imam syafi’i
8.Pelaksanaan thawaf tujuh kali putaran merupakan syarat menurut Jumhur Ulama dan bukan syarat Menurut Mazhab hanafi
9.Waktu Thawaf Ifadhah sesudah Fajar hari raya menurut mazhab Hanafi dan Maliki, dan boleh setelah seperdua malam menurut pendapat Mazhab Syafii dan Hambali
10.Shalat dua rakaat thawaf wajib menurut Maliki, dan wajib melakukannya pada waktu yang tidak di larang melaksanakan shalat (waktu makruh tahrim) menurut Mazhab hanafi. Dan sunat menurut Imam syafi’i dan Imam Hambali
Sunat-Sunat Thawaf Menurut Mazhab hanafi
1.Sentuh Hajar Aswad dan kecup hajar Aswad pada penghabisan setiap kali putaran
2.Membaca Doa yang di khususkan pada thawaf
3.Mempercepat berjalan tapi bukan lari untuk laki-laki dan anak-anak, tidak untuk perempuan pada tiga kali putaran pertama
4.Al-Idhthiba’, yaitu menjadikan pertengahan kain ridak dibawah bahu kanannya dan mengembalikan kedua ujungnya di atas bahu kirinya dan membiarkan bahu kanannya dalam keadaan terbuka
5.Muwalat (beriring-iring) antara putaran-putaran
No comments:
Post a Comment