Wahabi Salafi yang tak henti-hentinya menyalahkan Amaliyah Aswaja, khususnya di Indonesia. Salah satu yang paling sering mereka fitnah adalah Tahlilan yang menurutnya tidak berdasarkan Dalil bahkan dianggap referensi dari buku agama Hindu. Untuk ini, kali ini saya menunjukkan Tahlilan 3, 7, 25, 40, 100, Satu Tahun & 1000 Hari dari Kitab Ahlussunnah wal Jamaah, bukan buku Hinduisme sebagai tuduhan kaum Wahhabi.
1)
قال النبي صلى الله عليه وسلم الدعاء والصدقة هدية إلىالموتى
وقال عمر: الصدقة بعد الدفن ثوابها إلى ثلاثة أيام والصدقة فى ثلاثة أيام يبقى ثوابها إلى سبعة أيام والصدقة يوم السابع يبقى ثوابها إلى خمس وعشرين يوما ومن الخمس وعشرين إلى أربعين يوما ومن الأربعين إلى مائة ومن المائة إلى سنة ومن السنة إلى ألف عام (الحاوي للفتاوي , ج: 2, ص: 198
Rasulullah saw bersabda: "Doa dan shodaqoh itu hadiah kepada mayyit."
Berkata Umar: "shodaqoh setelah kematian maka pahalanya sampai tiga hari dan shodaqoh dalam tiga hari tetap tetap pahalanya sampai tujuh hari, dan shodaqoh di hari ke tujuh akan tetap pahalanya sampai 25 hari dan dari pahala 25 sampai 40 harinya lalu sedekah dihari ke 40 akan tetap sampai 100 hari dan dari 100 hari akan sampai ke satu tahun dan dari satu tahun sampailah kekalnya pahala itu sampai 1000 hari. "[ Referensi: (Al-Hawi lil Fatawi Juz 2 Hal 198) ]
jumlah-jumlah harinya (3, 7, 25, 40, 100, setahun & 1000 hari) jelas ada dalilnya, sejak kapan agama Hindu ada Tahlilan?
2) Mengumpulkan sholat adalah bentuk shodaqoh demi mayyit.
فلما احتضرعمر أمر صهيبا أن يصلي بالناس ثلاثة أيام, وأمر أن يجعل للناس طعاما, فيطعموا حتى يستخلفوا إنسانا, فلما رجعوا من الجنازة جئ بالطعام ووضعت الموائد! فأمسك الناس عنها للحزن الذي هم فيه, فقال العباس بن عبد المطلب: أيها الناس إن رسول الله صلى الله عليه وسلم قد مات فأكلنا بعده وشربنا ومات أبو بكر فأكلنا بعده وشربنا وإنه لابد من الاجل فكلوا من هذا الطعام, ثم مد العباس يده فأكل ومد الناس أيديهم فأكلوا
Ketika Umar sebelum wafatnya, ia memerintahkan pada Shuhaib untuk memimpin shalat, dan memberi makan para tamu selama 3 hari hingga mereka memilih seseorang, maka ketika hidangan-hidangan ditaruhkan, orang - orang tak mau makan karena sedihnya, maka berkatalah Abbas bin Abdulmuttalib:
Wahai hadirin .. sungguh telah wafat Rasulullah saw dan kita makan dan minum setelahnya, lalu wafat Abubakar dan kita makan dan minum sesudahnya, dan ajal itu adalah hal yang pasti, maka makanlah makanan ini ..! ", lalu ia mengulurkan tangannya dan makan, maka orang -Mereka mengulurkan tangan mereka dan makan.
[Referensi: [Al Fawaidussyahiir Li Abi Bakar Assyafii juz 1 hal 288, Kanzul Ummaal fii sunanil aqwaal wal af'al Juz 13 hal 309, Thabaqat Al Kubra Li Ibn Sa'ad Juz 4 hal 29, Tanggal Dimasyq juz 26 hal 373, Al Makrifah wattaarikh Juz 1 hal 110 ]
3) Kemudian dalam kitab Imam As Suyuthi, Al-Hawi li al-Fatawi:
قال طاووس: ان الموتى يفتنون في قبورهم سبعا فكانوا يستحبون ان يطعموا عنهم تلك الايام
Imam Thawus berkata: "Sesungguhnya orang-orang yang telah mati telah difitnah di kuburan mereka selama tujuh hari, sehingga mereka (teman-teman) senang untuk melayani makanan sebagai imbalan bagi mereka yang telah mati pada masa itu."
4)
عن عبيد بن عمير قال: يفتن رجلان مؤمن ومنافق, فاما المؤمن فيفتن سبعا واماالمنافق فيفتن اربعين صباحا
Dari Ubaid bin Umair ia berkata: "Dua orang yakni seorang mukmin dan seorang munafiq memperoleh fitnah kubur. Adapun seorang mukmin maka ia difitnah selama tujuh hari, sedangkan seorang munafiq disiksa selama empat puluh hari. "
5) Dalam tafsir Ibnu Katsir (Abul Fida Ibn Katsir al Dimasyqi Al Syafi'i) 774 H beliau mengomentari ayat 39 surah an Najm (IV / 236: Dar el Quthb), beliau mengatakan Imam Syafi'i mengatakan bahwa tidak sampai pahala itu, tapi di akhir-akhirnya nya ia berkomentar lagi:
فأما الدعاء والصدقة فذاك مجمع على وصولهما ومنصوص من الشارع عليهما
Bacaan Al-Quran yang dihadiahkan kepada mayit itu sampai, Menurut Imam Syafi'i pada waktu beliau masih di Madinah dan di Baghdad, qaul beliau sama dengan Imam Malik dan Imam Hanafi, bahwa bacaan al-Quran tidak sampai ke mayit, Setelah ia pindah ke mesir, beliau ralat perkataan itu dengan mengatakan bacaan alquran yang dihadiahkan ke mayit itu sampai dengan ditambah berdoa "Allahumma awshil. ... dst.", lalu murid beliau Imam Ahmad dan kelompok murid2 Imam Syafi'i yang lain berfatwa bahwa bacaan alquran sampai.
6) Pandangan Hanabilah, Taqiyuddin Muhammad ibnu Ahmad ibnu Abdul Halim (yang lebih populer dengan julukan Ibnu Taimiyah dari madzhab Hambali) menjelaskan:
اما الصدقة عن الميت فانه ينتفع بها باتفاق المسلمين. وقد وردت بذلك عن النبي صلى الله عليه وسلم احا ديث صحيحة مثل قول سعد (يا رسول الله ان امي افتلتت نفسها واراها لو تكلمت تصدقت فهل ينفعها ان اتصدق عنها? فقال: نعم, وكذلك ينفعه الحج عنه والا ضحية عنه والعتق عنه والدعاء والاستغفرا له بلا نزاع بين الأئ مة.
"Adapun sedekah untuk mayat, ia bisa mendapatkan keuntungan dari kesepakatan umat Islam, yang semuanya terkandung dalam beberapa hadits Nabi Suci. seperti kata sahabat Sa'ad "Ya Rasulallah sesungguhnya ibuku telah wafat, dan aku berpendapat jika ibuku masih hidup pasti ia bersedekah, apakah bermanfaat jika aku bersedekah sebagai gantinya?" maka Beliau menjawab "Ya", begitu juga bermanfaat bagi mayit: haji, qurban , membebaskan budak, doa dan istighfar kepadanya, yang tanpa perselisihan di antara para imam ". [ Referensi: (Majmu 'al-Fatawa: XXIV / 314-315) ]
7) Ibnu Taimiyah juga menjelaskan perihal diperbolehkannya menyampaikan hadiah pahala shalat, puasa dan bacaan al-Qur'an kepada:
فاذا اهدي لميت ثواب صيام او صلاة او قرئة جاز ذلك
Artinya: "jika diberikan kepada pemberian puasa, pahala doa atau pahala pembacaan (al-Qur'an / kalimat thayyibah) maka hukum diperbolehkan". [ Referensi: (Majmu 'al-Fatawa: XXIV / 322) ]
8) Al-Imam Abu Zakariya Muhyiddin Ibn al-Syarof, dari madzhab Syafi'i yang terkenal dengan panggilan Imam Nawawi menegaskan;
يستحب ان يمكث على القبر بعد الدفن ساعة يدعو للميت ويستغفرله. نص عليه الشافعى واتفق عليه الاصحاب قالوا: يستحب ان يقرأ عنده شيئ من القرأن وان ختموا القرآن كان افضل) المجموع جز 5 ص 258 (
"Disunnahkan untuk diam sesaat di samping kubur setelah menguburkan mayit untuk mendoakan dan memohonkan ampunan kepadanya", pendapat ini disetujui oleh Imam Syafi'i dan pengikut-pengikutnya, dan bahkan pengikut Imam Syafi'i mengatakan "sunnah dibacakan beberapa ayat al-Qur 'di samping makam mayat, dan lebih penting lagi jika mencapai Alquran.'
9) Selain pajangannya di Imam Nawawi juga memberikan penjelasan lain seperti yang tercantum di bawah ini;
ويستحب للزائر ان يسلم على المقابر ويدعو لمن يزوره ولجميع اهل المقبرة. والافضل ان يكون السلام والدعاء بما ثبت من الحديث ويستحب ان يقرأ من القرأن ما تيسر ويدعو لهم عقبها ونص عليه الشافعى واتفق عليه الاصحاب. (المجموع جز 5 ص 258)
"Dan disunnahkan bagi peziarah kubur untuk memberikan salam atas (penghuni) kubur dan mendo'akan kepada mayit yang diziarahi dan kepada semua penghuni kubur, salam dan do'a itu akan lebih sempurna dan lebih utama jika menggunakan apa yang sudah dituntunkan atau diajarkan dari Nabi Muhammad Saw. dan disunnahkan pula membaca Al-Qur'an semampunya dan diakhiri dengan berdo'a untuknya, deskripsi ini dinash oleh Imam Syafi'i (dalam kitab al-Um) dan telah disepakati oleh pengikut-pengikutnya ". [ Referensi: (al-Majmu 'Syarh al-Muhadzab, V / 258)
10 ]
Al-'Allamah al-Imam Muwaffiquddin ibn Qudamah dari madzhab Hambali mengemukakan pendapatnya dan pendapat Imam Ahmad bin Hanbal:
قال: ولا بأس بالقراءة عند القبر. وقد روي عن احمد انه قال: اذا دخلتم المقابر اقرئوا اية الكرسى ثلاث مرار وقل هو الله احد ثم قل اللهم ان فضله لأهل المقابر.
Artinya "al-Imam Ibnu Qudamah berkata: tidak mengapa membaca (ayat-ayat al-Qur'an atau kalimah tayyibah) di samping kubur, hal ini telah diriwayatkan dari Imam Ahmad ibn Hambal bahwasanya ia berkata: Jika hendak masuk kuburan atau makam, bacalah Ayat-ayat dan Qul Huwa Ayat Allahu Akbar tiga kali dan kemudian berdoa dengan doa: Ya Allah kebajikan pembacaan ini saya dikhususkan untuk ahli kuburan. [ Referensi: (al-Mughny II / 566) ]
11) Dalam al Adzkar dijelaskan lebih spesifik seperti di bawah ini:
وذهب احمد بن حنبل وجماعة من العلماء وجماعة من اصحاب الشافعى الى انه يصل
Rizqi adalah halal dan berkah adalah tahlilan. Wallohu a'lam Bishshowab
No comments:
Post a Comment