Inilah Jalan Sufi Headline Animator

Whatsap Saya

Pencerahan Bid'ah

Wednesday, October 12, 2022

Imam Bukhari tidak permah mengatakan atau meriwayatkan tanpa meninggalkan Arsy

Imam Bukhari tidak permah mengatakan atau meriwayatkan "tanpa meninggalkan Arsy" karena TIDAK ADA satupun mufassir (ahli tafsir) yang menterjemahkan ISTAWA artinya BERADA.

Syaikh Abdul Qadir Al Jilani dalam Al Ghunyah Juz 1 hal 121 - 125 menjelaskan bahwa Istawa Allah atas arsy bukanlah dalam pengertian tempat maupun arah karena Allah bukanlah JISM dan tidak juga berupa sesuatu yang mempunyai BATASAN (mahdud) 

***** awal kutipan *****

ليس بجسم فيمس، ولا بجوهر فيحس، ولا عرض فيقضى، ولا ذي تركيب أو آلة وتأليف، أو ماهية وتحديد

“Allah BUKANLAH JISM sehingga tidak bisa disentuh, bukan pula JAUHAR sehingga tidak bisa diindera, bukan ‘ARADH sehingga bisa ditentukan, tidak juga berupa sesuatu yang mempunyai susunan, alat (organ), rangkaian, MATERI atau juga BATASAN”.
***** akhir kutipan *****

Begitupula Imam Abu al Hasan al Asy'ari dalam "Maqalatul Islamiyin" jilid I hal 281 dengan JELAS dan TEGAS menuliskan apa yang telah disepakati oleh para ahlus sunnah,

أنهم يقولون: إن البارىء ليس بجسم ولا محدود ولا ذي نهاية

Mereka (ahlus sunnah) berkata, "Sesungguhnya Allah BUKAN JISM, tidak mempunyai BATASAN (MAHDUD) dan TIDAK BERJARAK (NIHAYAH) "

Al Imam al Hafidzh al Baihaqi (W 458 H) dalam al-Asmâ’ wa as-Shifât, juz 2, halaman 308 menegaskan bahwa Allah Ta'ala TIDAK MENYENTUH dan TIDAK BERJARAK atau TIDAK TERPISAH (LA MUBAYANAH) dari Arsy.

وَالْقَدِيمُ سُبْحَانَهُ عَالٍ عَلَى عَرْشِهِ لَا قَاعِدٌ وَلَا قَائِمٌ وَلَا مُمَاسٌّ وَلَا مُبَايَنٌ عَنِ الْعَرْشِ

“Allah Yang Maha Qadim, Tinggi di atas Arsy, TIDAK DUDUK dan TIDAK BERDIRI, TIDAK MENYENTUH dan TIDAK BERJARAK atau TIDAK TERPISAH (LA MUBAYANAH) dari Arsy.

Syekh Ibnu Khaldun (808 H) menjelaskan bahwa pengertian MUBAYANAH yang telah disepakati oleh jumhur ulama Salaf maupun Khalaf

وأمّا المعنى الآخر للمباينة، فهو المغايرة والمخالفة

Adapun makna keterpisahan (mubayanah) bagi Allah Ta'ala dengan makhluk adalah perbedaan dan ketidaksamaan

فيقال: البارئ مباين لمخلوقاته في ذاته وهويّته ووجوده وصفاته

Maka dikatakan bahwa Allah berbeda dari makhluk-makhluk-Nya dalam hal Dzat, hakikat, keberadaan dan sifat-sifatnya.

Jadi pengertian KETERPISAHAN (MUBAYANAH) bagi Allah Ta'ala dengan makhluk yang telah disepakati oleh jumhur ulama ADALAH,

Allah ba’in ‘an al-khalq yakni Allah Ta'ala TERPISAH dalam pengertian atau makna BERBEDA atau TIDAK SERUPA dari makhluk-makhluk-Nya dari sisi apapun sebagaimana firman Allah Ta'ala "Laisa Kamitslihi Syaiun" (QS. Asy Syura [42] : 11).

Contohnya kalau manusia DEKAT BERSENTUH dan JAUH BERJARAK.

Sedangkan Allah Ta'ala DEKAT TIDAK BERSENTUH dan JAUH TIDAK BERJARAK.

Allah Ta'ala berfirman yang artinya  "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat (QS Al Baqarah [2] : 186)

Imam Sayyidina Ali karamallahu wajhah berkata

من زعمأن إلهنا محدود فقد جهل الخالق المعبود

”Barang siapa menganggap bahwa Tuhan kita mempunyai BATASAN (mahdud) maka dia telah JAHIL yakni TIDAK MENGENAL Sang Pencipta (Al Khaliq) yang berhak disembah” (Hilyatul Awliyâ’; Abu Nu’aim al Isfahani,1/73)

Oleh karenanya perkara aqidah sebaiknya didahulukan karena TIDAK SAH ibadah jika belum mengenal Allah (makrifatullah)

Hujjatul Islam Imam Al Ghazali berkata:

لا تصح العبادة إلا بعد معرفة المعبود

“Tidak sah ibadah (seorang hamba) kecuali setelah mengetahui (mengenal Allah) yang berhak disembah”.

Oleh karenanya SEJAK DINI sebaiknya disampaikan tentang aqidatul khomsin (lima puluh aqidah) dimana di dalamnya diuraikan tentang 20 sifat wajib Allah yang merupakan hasil istiqro (telaah) para ulama bersumber dari Al Qur’an dan Hadits yang dapat DIGUNAKAN sebagai SARANA untuk MENGENAL Allah dan sebagai PEDOMAN dan BATASAN untuk dapat memahami ayat-ayat mutasyabihat (banyak makna) terkait sifat-sifat Allah sebagaimana yang telah disampaikan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2021/02/12/20-sifat-beserta-dalilnya/

No comments: