Inilah Jalan Sufi Headline Animator

Whatsap Saya

Pencerahan Bid'ah

Wednesday, May 6, 2015

KA'BAH



Ka’bah, disebut juga “Baitullah” (Rumah Allah) atau “Baitul 'Atiq” (Rumah Kemerdekaan), adalah sebuah bang-unan tua berbentuk segi empat yang tersusun dari batu-batu besar yang berasal dari gunung-gunung di sekitar Mekah. Dinamakan Ka’bah adalah karena bentuknya yang persegi empat. Dalam bahasa Arab setiap rumah persegi empat disebut “Ka'bah”. Ka'bah merupakan kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia. Di sekeliling Ka’bah ini pula, ibadah tawaf dilakukan. Ia menjadi simbol ajaran tauhid, persatuan umat Islam, dan keteguhan syari’atnya. Tentang Ka’bah, dalam al-Quran disebutkan:

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ

Artinya : “Sesungguhnya permulaan rumah yang dibuat manusia untuk tempat beribadah adalah rumah yang di Bakkah (Mekah), yang dilimpahi berkah dan petunjuk bagi alam semesta“ (QS. Ali Imran: 96)

Ka’bah yang berbentuk segi empat ini memiliki empat dinding dengan pojok-pojok yang diberi nama-nama khusus sesuai arah menghadapnya. Pojok-pojok tersebut dikenal dengan sebutan “rukun”. Ada empat “rukun” (pojok) pada Ka’bah. Satu di antaranya adalah “Rukun Hajar Aswad”. Diberi nama demikian karena rukun ini adalah tempat diletakkannya “Batu Hitam” (Hajar Aswad). Rukun ini merupakan rukun terpenting sebagai patokan bagi para jamaah dalam bertawaf. Tiga rukun lainnya adalah Rukun Iraqi, Rukum Syami, dan Rukun Yamani. Rukun Iraqi berada di sebelah utara menghadap ke arah Irak. Rukun Syami berada di sebelah Barat menghadap ke arah Suriah. Rukun Yamani berada di sebelah Selatan menghadap ke arah Yaman.

Keempat dinding Ka’bah tertutup oleh kain kelambu yang disebut “Kiswah”. Menurut riwayat, pemakaian kiswah ini sudah dilakukan sejak zaman Nabi Ismail. Rasulullah SAW sendiri pernah memasangkan Kiswah pada Ka’bah, dilanjutkan oleh Khalifah Abu Bakar Shiddiq dan Khalifah Umar dengan biaya kas negara. Tahun 743 H sampai tahun 1381 H, kiswah dibuat atas tanggungan pemerintah Mesir. Baru pada tahun berikutnya pemerintah Arab Saudi membuat sendiri kain Kiswah tersebut. Saat ini, Kiswah dibuat dari sutra asli yang dilengkapi kaligrafi dari benang emas. Ka'bah dicuci dua kali dalam satu tahun, yaitu awal bulan Dzul Hijjah dan awal bulan Sya'ban, Kiswahnya diganti sekali dalam setahun.

Ka'bah dibangun oleh nabi Ibrahim bersama putranya, Ismail, dengan dibantu para Malaikat. Ketika itu, Ka’bah memiliki tinggi 9 hasta, lebar bagian selatan 20 hasta, bagian utara 22 hasta, panjang sebelah timur 32 hasta dan panjang di sebelah barat 31 hasta. Ka’bah masih merupakan bangunan yang amat sederhana, tanpa atap dengan pintu seadanya. Seperti halnya bangunan-bangunan lain di Mekah, Ka'bah kerap mengalami kerusakan, baik karena dimakan usia, bencana alam, atau oleh peperangan. Ka’bah telah melewati ba-nyak perbaikan untuk sampai pada bentuknya seperti sekarang ini.

Pada zaman Nabi Ibrahim as, perbaikan dilakukan oleh Kabilah Amaliqah dan kabilah Jurhum. Beberapa gene-rasi berikutnya, Qusay Bin Kila, salah satu nenek moyang Nabi Muhammad SAW, memberi atap pada Ka'bah dengan kayu dum dan daun-daun kurma. Tahun 571 M, Nabi Muhammad SAW lahir. Kelahirannya ditandai peristiwa penye-rangan raja Najasi bernama Abrahah dari Habsyah ke Mekah dengan maksud meruntuhkan Ka'bah. Seperti dikisahkan dalam al-Quran, penyerangan ini digagalkan oleh Allah de-ngan mengirim burung-burung ababil yang menghancurkan pasukan gajah Abrahah dengan batu-batu kerikil.

Pada masa Nabi Muhammad SAW, terjadi banjir di sekitar Mekah yang mengakibatkan batu dinding Ka'bah terkikis dan mengalami keretakan. Begitu pula yang terjadi pada beberapa bagian Hajar Aswad. Perbaikan dikerjakan oleh kabilah-kabilah di sekitar Mekah. Ketika akan meletakan Hajar Aswad ke tempatnya, timbullah perselisihan di antara kabilah-kabilah tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya. Di tengah percekcokan itu, Abu Umyyah bin al Mughirah al Mahzumi, salah satu di antara pembesar kabilah, akhirnya angkat bicara, "Barang siapa yang pertama kali masuk masjid dari arah pintu Shafa besok pagi, maka dialah yang harus kita terima sebagai hakim". Ternyata yang pertama masuk ke dalam masjid adalah Nabi Muhammad SAW sehingga beliau disepakati menjadi hakim.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai penengah, Nabi Muhammad SAW meletakkan Hajar Aswad di atas sorban yang dia hamparkan. Kemudian setiap pemimpin kabilah dipersilahkan memegang masing-masing ujung sorban itu dan mengangkat Hajar Aswad beramai-ramai. Nabi Muhamad sendiri memilih meletakkan Hajar Aswad di penjuru Ka'bah, yakni, di tempatnya semula seperti yang kita lihat sekarang. Konstruksi Ka'bah saat itu memiliki tinggi 18 hasta. Tinggi pintunya seperti terlihat sekarang. Di dalamnya terdapat 6 tiang dilengkapi atap yang terpasang dengan baik. Dua sudut di sebelah utara terpasang tangga untuk naik ke atas Ka'bah.




Renovasi Ka'bah berikutnya dilakukan oleh Abdullah bin Zubair sewaktu menjabat Gubernur Mekah. Ceritanya bermula ketika Zubair menyatakan ketidaksetujuannya terhadap Yazid bin Muawiyah sebagai Khalifah. Mendengar itu, Yazid mengirimkan bala tentaranya ke Mekah untuk menaklukkan Zubair. Dengan senjata manjanik (Mortir sekarang), tentara Yazid menggempur kota Mekah yang mengakibatkan dinding Ka'bah rusak parah.

Peperangan sempat terhenti ketika tentara Yazid mundur mendengar kabar bahwa sang Khalifah telah wafat. Dalam jeda waktu itulah, Abdullah bin Zubair sempat membangun Ka'bah kembali dan selesai pada tanggal 17 Rajab tahun 62 H. Selang beberapa tahun, tepatnya pada tahun 75 H, Abdullah Zubair kembali mendapat serangan. Kali ini dari Hajjaj bin Yusuf. Penyerangan ini berhasil, sehingga Mekah dan Ka'bah jatuh dalam kekuasaan Hajjaj. Selama berkuasa, Hajjaj merombak kembali bangunan Ka'bah yang telah direnovasi Zubair, atas izin Abdul Malik Bin Marwan yang waktu itu menjadi Khalifah menggantikan Yazid. Alasan perombakan oleh Hajjaj ini adalah bahwa Ka'bah yang diba-ngun Abdullah bin Zubair sudah jauh dari bentuk aslinya. Karena itu, perombakan oleh Hajjaj hanyalah mengembalikan Ka'bah ke bentuk asalnya.

19 Sya’ban 1038 H, sewaktu Syarif Mas'ud bin Idris menjadi Amir kota Mekah di bawah Kerajaan Sultan Murad Khan di Turki, terjadilah banjir besar di Mekah yang me-ngakibatkan separuh Ka'bah tergenang. Setelah banjir surut, tampak dinding Ka'bah retak-retak dan banyak batunya yang runtuh. Syarif Mas'ud bin Idris, selaku Amir, mengadakan pembicaraan dengan para pembesar dan ulama Mekah tentang rencana perbaikan Ka’bah. Rencana ini selanjutnya diberitahukan kepada Sultan Murad Khan untuk diminta persetujuannya. Atas izin Sulthan, Ka'bah pun diperbaiki dan penyelesaiannya berpindah tangan ke Amir Syarief Abdullah bin Hasan bin Abu Namir, pada tanggal 12 Dzulhijjah 1040 H.

Pada masa-masa berikutnya, perbaikan-perbaikan Ka’bah sebagian besar dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi. Perbaikan-perbaikan tersebut dirampungkan pada tanggal 11 Sya'ban 1377 H.




http://www.bp-wisataibnusina.com/index.php/id/25-artikel-penting/tempat-tempat-bersejarah/di-mekah/89-a-ka-bah

No comments: