Inilah Jalan Sufi Headline Animator

Whatsap Saya

Pencerahan Bid'ah

Wednesday, December 14, 2016

Menjaga-muruah-di-zaman-fitnah

urnalmuslim.com - Rasulullah SAW sebagai seorang guru teladan, telah berhasil menuntaskan misinya dalam berdakwah membawa Risalah samawi. Beliau telah mendidik para pengikutnya menjadi bangsa yang unggul, bangsa yang terlepas dari kesyirikan dan khurafat dengan peradaban yang penuh dengan akhlak mulia dan nilai-nilai moral yang baik. Agama yang beliau bawa membawa ummat manusia kepada sebuah tatanan dunia yang harmonis. Tak heran jika terdengar kisah para sahabat yang seolah fiktif tentang perangai mereka.

Karenanya, Rasulullah memberitakan bahwa sebaik-baik masa adalah masa dimana Rasulullah dan para sahabat hidup, masa dimana manusia pilihan masih dekat dengan ummat kala itu.

Selepas Nabi Muhammad SAW wafat, Islam tetap menjadi agama yang mengatur kehidupan ummat muslim di seluruh dunia dengan tegaknya khilafah. Namun, seiring bergantinya zaman, nilai-nilai islam pun mulai memudar dan luntur. Fitnah syubhat dan syahwat kian merebak di berbagai tempat, bahkan sampai tempat perzinaan dilegalkan oleh pihak yang punya wewenang. Wal iyyadzubillah.

Rasulullah SAW bersabda: “Akan terjadi fitnah/gempuran cobaan, orang yang tidur di saat itu lebih baik daripada orang yang terjaga. Orang yang terjaga lebih baik daripada yang berdiri. Orang yang berdiri lebih baik daripada yang berlari. Maka barangsiapa yang mendapatkan tempat kembali atau untuk berlindung hendaknya dia segera mencari perlindungan dengannya.”[1] [HR. Muslim]

Jika di cocokan dengan kondisi sekarang ini, nubuwat yang telah Rasulullah sampaikan 14 abad yang lalu, seolah-olah telah dan sedang terjadi. kita melihat banyak sekali fenomena jauhnya ummat manusia dari nilai luhur islam.

Ketika kita berjalan keluar rumah misalnya, banyak kita dapati perempuan dewasa yang menanggalkan hijabnya, menghiasi dirinya agar terlihat elok dan elegan. Saat ditanya mengapa, tak sedikit dari mereka yang mengatakan “Biar gak ketinggalan zaman” atau “malu kalau pake kerudung” dan seabreg alasan lainnya sebagai dalih bahwa apa yang mereka lakukan adalah pilihan yang “Wajar”. Banyak orang muslim dan muslimah jatuh kedalam lubang dosa kemaksiatan, seolah menganggap bahwa maksiat adalah hal yang lumrah. Zina pun dianggap sebelah mata. Walhasil, fitnah terjadi dimana-mana dan ilmu seolah di cabut dari manusia.

Nabi SAW bersabda yang artinya: "Hari kiamat semakin mendekat, ilmu akan dicabut, fitnah akan banyak muncul, sifat kikir akan merajalela dan banyak terjadi haraj. Para sahabat bertanya: Apakah haraj itu? Rasulullah SAW. menjawab: Yaitu pembunuhan." (Muttafaq ‘Alaih)[2]
Ilustrasi yang Rasulullah berikan betul betul terjadi di zaman ini. Ditambah lagi, ujian dan keburukan tersebut juga datang melalui media elektronik dan media cetak. Karya tulis yang menyesatkan, foto dan gambar wanita dengan dandanan seronok, nyanyian pembangkit nafsu syahwat, munculnya syubhat, yang buruk dianggap bagus dan indah, semuanya banyak didapati di media. Karenanya, media bak pisau bermata dua. Seseorang bisa mendapatkan manfaat besar dari pisau tersebut, namun bisa juga celaka karena salah dalam menggunakannya.

UMMAT BUTUH SOLUSI

Di tengah zaman yang penuh fitnah ini, ummat membutuhkan solusi agar bisa terlepas dari berbagai macam fitnah tersebut. Menjaga muru’ah yang bisa berarti menjaga diri dari perbuatan tercela dan mengaplikasikan akhlak terpuji, adalah hal utama yang harus dilakukan setiap muslim. Orang yang dapat memelihara perkataan, perbuatan, dan niatnya, sehingga senantiasa berjalan sesuai dengan tuntunan agama, disebut orang yang memiliki muru’ah. Ia akan bisa menghindari hal-hal yang rendah dan hina. Seseorang harus berusaha keras untuk dapat mencapainya. Berikut  adalah beberapa upaya agar kita bisa bertahan dari goncangan dan cobaan fitnah yang berada disekitar kita:

Pertama: Memperdalam Ilmu Syari'i

Dengan mempelajari ilmu syar’i, kita bisa mengetahui batasan-batasan kita dalam bersikap dan bertindak. Tahu mana yang diperbolehkan, dan mana yang dilarang. Sehingga dengan bertambahnya ilmu dalam diri kita, maka kita di arahkan untuk tidak keluar dari koredor syari’at yang telah Allah dan Rasul-Nya tetapkan. Ada banyak jalan yang bisa di tempuh, diantaranya adalah mengikuti majelis taklim yang di pandu para ustadz yang tsiqoh dalam bidangnya, membaca buku-buku bermanfaat seputar ulumus syar’i, mendengarkan ceramah-ceramah di radio, dan lain sebagainya. Sehingga media yang kita punya dapat menjadi washilah untuk tholabul ilmi, dimanapun dan kapanpun berada.

Kedua: Berkomunitas Dengan Orang-Orang Shaleh.

Lingkungan adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap akhlak seseroang. Pepatah mengatakan “jika kita bersahabat dengan penjual minyak wangi, kita akan menerima percikan wangiannya”. Pun demikian sebaliknya, kalau kita berteman dengan orang-orang yang berperilaku jauh dari agama, maka tak menutup kemungkinan kita akan tertular akhlak buruk mereka. Bergaul atau berkumpul dengan teman masuk dalam bab adab.  Jika kita berteman dengan orang yang  lebih tinggi ilmunya dibandingkan kita, maka kita harus mengambil faidah dan manfaat dari dia, adapun jika sapadan, maka itu adalah saat dimana kita berdiskusi, namun jika kita lebih unggul dalam hal keilmuan, maka itu adalah waktu untuk kita berdakwah kepada saudara kita. Hal ini karena resiko bergaul ataupun berkomunitas itu ada dua macam, baik kita diwarnai maupun kita mewarnai.

Ketiga: Menutup Segala Pintu Maksiat

Kita perlu intropeksi diri dan mengukur kemampuan diri kita dalam menghadapi fitnah yang ada. jika kita tipe orang mudah goyah dalam menadah banyaknya fitnah tersebut, maka perlu kiranya kita bertindak preventif, yakni dengan menjauhi hal-hal yang dapat menimbulkan fitnah. Tentunya dengan bekal sikap muroqobah, yakni merasa diri selalu diawasi oleh Allah subhanahu wata’ala.

Do’a, kesabaran dan kekuatan iman juga termasuk hal-hal yang penting agar kita tetap tegar dalam menghadapi terjangan badai fitnah di zaman ini. Sehingga orang yang dapat bertahan, maka mereka akan berada pada posisi yang aman dan menjadi golongan yang selamat walau Sang Uswah Hasanah telah meninggalkan ummatnya. Wallohu a’lam. Nisyi.

[1] : (Diriwayatkan pula oleh al-Bukhari dalam Shahihnya di Kitab al-Fitan, bab maa takuunu fitnatul qa’id fiha khairun minal qaa’im [hadits no. 7081], diterjemahkan dari Shahih Muslim cet Darul Kutub Ilmiyah, hal. 1105
[2] HR. Al-Bukhoriy no.989, Muslim no.157
http://www.jurnalmuslim.com/2015/11/menjaga-muruah-di-zaman-fitnah.html

(nisyi/jurnalmuslim.com)

*Penulis adalah Mahasiswa IAI Al Ghuraba semester 7 Th 2015

No comments: