Memahami Itsbat Dzahir, Tafwidl dan Takwil
Postingan ini tidak bermaksud membahas Dzatiyah Allah Ta’aala. Tapi lebih berupa pembahsan tentang Metode Para Ulama dalam memahami Sifat-Sifat yang Sempurna bagi Allah berkaitan dengan Ayat-ayat Mutasyaabihaat. Ada tiga istilah yang menjadi konsentrasi tulisan ini, yaitu Itsbat Dzahir, Tafwidl dan Takwil. Tiga istilah inilah yang di abad akhir ini selalu muncul mengiringi polemik dan kesalahpahaman dalam wacana Ilmu Aqidah (Tauhid).
Saya berharap tulisan ini tidak dicurgai oleh moderator dan berakibat di delete. Sungguh ini adalah sebuah keinginan untuk berdialog untuk mencari pencerahan. Bila ada postingan yang mengarah pada masalah Dzatiyah, saya persilahkan moderator untuk mendeletenya. Tapi bila postingan dari sahabat-sahabat nanti masih dalam pembahasan Methode yang tiga tersebut, maka biarkanlah itu menjadi bahan pengkayaan wacana diskusi. Terima kasih atas pengertiannya.
Baiklah, saya ingin memulainya, Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Ini merupakan penjelasan tentang Itsbat Dzahir Lafadz yang dilakukan oleh Imam Asy’ary rahimahullah dalam menghadapi kaum Muatthilah. Sedang untuk masalah Takwil yang dilakukan oleh Beliau dan Ulama ‘Asyairah, dapat saya gambarkan sebagai berikut :
1. Imam Asy’ary dalam bersikap Itsbat Dzahir Ayat ini juga sekaligus melakukan Takwil, yang disebut dengan Takwil Ijmaaly. Lafadz Istawa diberi pengertian Istiwa yang layak bagi Dzat Allah, tanpa Kayf, Tanpa Istiqror, Tanpa Bertempat atau Berpindah. Dalam masalah lain seperti Yad yang dimaknai Tangan, Tanpa Kayf, Tanpa Tasybih dan makna Murodnya diserahkan kepada Allah.
http://myquran.or.id/forum/archive/index.php/t-79300.html
No comments:
Post a Comment