Ado lak yang memandai komen..... dalam solat ketika tahiyyat akhir memang tak buleh tambah "sayyidina".. ikut hukum feqah pon memang tak buleh tambah.. kalau diluar solat takde masalah.....
Sapo ngajar ontah kato tak buleh..., mano kitab dan sapo guru dio ngajar den pun tak tahu....lenkali nak komen ngaji dulu....
Para ulama Syafi’iyah dan Hanafiyah mengatakan sunat menambah perkataan sayyidina pada lafaz selawat tersebut. Dalam kitab Hasyiah al-Bajuri, salah satu kitab Syafi’iyah dikatakan :
“Pendapat yang muktamad dianjurkan menambah perkataan sayyidina, kerana padanya ada sopan santun.”- Ibrahim al-Bajury, Hasyiah al-Bajuri ‘ala Fath al-Qarib, al-Haramain, Singapura, Juz. I, Hal. 157
Ulama Syafi’iyah lainnya yang mengatakan sunat menambah perkataan sayyidina dalam selawat dalam solat antara lain Ibnu Hajar al-Haitamy, al-Ramli, al-Kurdy, al-Ziyadi, al-Halaby, dan lainnya. Sedangkan dari kitab ulama Hanafiyah antara lain tersebut dalam Hasyiah ‘ala Muraqi al-Falah karya Ahmad al-Thahthawy al-Hanafi, beliau mengatakan :
“Berkata pengarang kitab al-Dar , disunatkan membaca perkataan sayyidina.”- Ahmad al-Thahthawy al-Hanafi, Hasyiah ‘ala Muraqi al-Falah, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 181
Pendapat yang senada ini juga dapat dilihat dalam Hasyiah Rad al-Mukhtar, karangan Ibnu Abidin, juga dari kalangan Hanafiah.- Ibnu Abidin, Hasyiah Rad al-Mukhtar, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 513
Dalil-dalil fatwa ini, antara lain :
1. Kata-kata “sayyidina” atau ”tuan” atau “yang mulia” seringkali digunakan oleh kaum muslimin, baik ketika solat mahupun di luar solat. Hal itu termasuk amalan yang sangat utama, karena merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam
. Karena itu, Syeikh Ibrahim bin Muhammad al-Bajuri menyatakan:
“Pengucapan “sayyidina” merupakan sikap sopan santun.” - Ibrahim al-Bajury, Hasyiah al-Bajuri ‘ala Fath al-Qarib, al-Haramain, Singapura, Juz. I, Hal. 157
Pendapat ini didasarkan pada Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam:
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ
Saya adalah sayyid (penghulu) anak adam pada hari kiamat. Orang pertama yang bangkit dari kubur, orang yang pertama memberikan syafaa’at dan orang yang pertama kali diberi hak untuk memberikan syafa’at.” -Imam Muslim, Sohih Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. VII, Hal. 59, No. Hadits : 6079
Hadits ini menyatakan bahawa Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam menjadi sayyid di akhirat. Namun bukan berarti Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam menjadi sayyid hanya pada hari akhirat saja. Bahkan Baginda menjadi sayyid manusia di dunia dan akhirat, sebagaimana dikemukan oleh al-Nawawi dalam mensyarahkan hadits di atas, iaitu :
“Adapun sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam pada hari kiamat, sedangkan Baginda adalah sayyid, baik di dunia mahupun di akhirat, sebab dikaitkan demikian adalah karena nyata sayyid Baginda itu bagi setiap orang, tidak ada yang berusaha mencegah, menentang dan seumpamanya, berbeda halnya di dunia, maka ada dakwaan dari penguasa kaum kafir dan dakwaan orang musyrik”.- Imam al-Nawawi, Syarah Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. XV, Hal. 37
Berdasarkan pemahaman ini, maka menjadi sebuah keutamaan nama Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam disebut dalam solat dengan menggunakan perkataan sayyidina.
Hadits Abu Sa’id, berkata :
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم أنا سيد ولد آدم يوم القيامة ولا فخر
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda, Aku adalah sayyid anak Adam pada hari kiamat. Aku tidak sombong. -HR. Imam Turmidzi) - Turmidzi, Sunan al-Turmidzi, Maktabah Syamilah, Juz. V, Hal. 308, No. Hadits 3148
Hadits ini juga difahami sebagaimana penjelasan hadits pertama di atas.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10205810143686849&id=1654875069
No comments:
Post a Comment