Debat Ulama Sunni Dan Ulama Wahhabi (Lapar Campur Malu)
Guru kami Sayyid Abul Fakhr Sanaduddin Ali Bin as-Syarif al-Hasaniy penulis kitab sanad "al-Barqah al-Masyiqah Fi Dzikr al-Masyyukha al-Syariah Wa al-Haqiqah" pernah bercerita: " Pada suatu kesempatan makan malam tak disangka tak dinyana seorang ulama Wahhabiy kepapagan duduk satu meja dengan ulama Sunniy, ketika nampan makanan sudah dihidangkan rupa-rupanya ulama Sunniy yang terlebih dahulu berdoa kemudian menjulurkan tangan untuk meyantap makanan sambil berkata: "Alhamdulillah Rabbil 'Alamin, Allahumma Hadza Minka Wa Min Rasulika Shallallahu Alaihi Wa Sallam" (Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, Ya Allah Tuhan kami, makanan ini merupakan anugrah dari-Mu dan dari Rasulullah).
Mendengar kalimat tersebut ulama Wahhabiy sampai tekelap bagaikan bebek mendengar suara geluduk, sambil berkata: "Ya Syekh Sunniy, apa tidak salah itu kalimat? seolah-olah bagai dodol jatuh di pasir, biar kata masih manis, tapi terasa ngeres kalo dimakan. Kalimat itu mengandung kemusyrikan, ente telah jadikan sekutu bagi Allah !!!
Ulama Sunni menjawab: "Ya akhi, kalo ngomong jangan samba wera sekata-katanya seenak waduk ente! Dimana letak kemusyrikkannya? Ulama Wahhabiy berkata:" Itu tadi ente sebut "makanan ini merupakan anugrah dari Allah dan Rasulullah." Pake kaga ngaku lagi. Ulama sunniy menjawab: "Bukankah dalam ayat al-Qur'an Allah Taala berfirman:
يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ مَا قَالُوا وَلَقَدْ قَالُوا كَلِمَةَ الْكُفْرِ وَكَفَرُوا بَعْدَ إِسْلَامِهِمْ وَهَمُّوا بِمَا لَمْ يَنَالُوا وَمَا نَقَمُوا إِلَّا أَنْ أَغْنَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنْ يَتُوبُوا يَكُ خَيْرًا لَهُمْ وَإِنْ يَتَوَلَّوْا يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ عَذَابًا أَلِيمًا فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَمَا لَهُمْ فِي الْأَرْضِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ .
Artinya: Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam, dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirat; dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi. (surat at-Taubah ayat: 74).
Pada ayat lain Allah Taala berfirman:
وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوا مَا آَتَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ
Artinya: "Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka). (surat at-Taubah ayat: 59)
Ulama Wahhabiy langsung menyangkal: "Demi Allah, karunia itu terjadi di zaman Rasulullah saat beliau masih hidup. Kalau sekarang Rasulullah sudah meninggal, jadi mengatakan karunia dari Rasulullah sudah dikategorikan syirik.
Ulama Sunniy menjawab:" kalau begitu maksud ente, berarti seseorang dibolehkan menyekutukan Allah dengan sesuatu yang hidup, tidak boleh dengan yang sudah meninggal ?? Bejad bangat aqidah ente, kalau sesuatu disebut syirik itu tetap syirik, dengan sesuatu apapun baik dengan yang masih hidup atau yang sudah meninggal!!
Kemudian ulama Wahhabiy itu diam bungkam seribu bahasa seperti cicak nelen kapur, lalu ia permisi meninggalkan tempat itu .. Dalam keadaan lapar campur malu, ulama wahhabiy kabur tanpa dihormat tak ubahnya orang ngelancong kerumah cewe, eh itu cewe kaga demen.
http://yayasanalmuafah.blogspot.my/2013/11/debat-ulama-sunni-dan-ulama-wahhabi.html?m=1
No comments:
Post a Comment