Inilah Jalan Sufi Headline Animator

Whatsap Saya

Pencerahan Bid'ah

Friday, August 22, 2014

keutamaan menuntut ilmu

OLEH: USTAZ ABDUL HALIM HASAN
SAMBUNGAN KEUTAMAAN ILMU SYAR’I DAN MEMPELAJARINYA
3. Orang yang berilmu adalah orang-orang yang takut kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman yang bermaksud: “…Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepadaNya hanyalah para ulama” (QS. Faathir: 28).
Ibnu Mas’ud RA berkata, “Cukuplah rasa takut kepada Allah itu disebut sebagai ilmu. Dan cukuplah tertipu dengan tidak mengingat Allah disebut sebagai kebodohan.” (Diriwayatkan oleh At-Tabarani, al-Mu’jamul Kabiir & Ibnu ‘Abdil Barr, Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadlih).
Imam Ahmadrahimahullah berkata, “Pokok ilmu adalah rasa takut kepada Allah.” Bertambah ilmu menyebabkan seseorang itu bertambah rasa takutnya kepada Allah.
4. Ilmu adalah nikmat yang paling agung.
Nikmat yang paling agung yang dikurniakan Allah kepada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam ialah diberikanNya Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah), dan Allah mengajarnya apa yang belum diketahuinya.
Allah Ta’ala berfirman yang bermaksud:“…Dan Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah (As-Sunnah) kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Kurnia Allah yang dilimpahkan kepadamu sangat besar.” (QS. An-Nisaa’: 113).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya aku diberikan Al-Kitab (Al-Qur’an) dan yang sepertinya (As-Sunnah) bersamanya…(HR. Ahmad, Abu Dawud & Ibnu Hibban)
5. Faham dalam masalah agama termasuk tanda-tanda kebaikan.
Dari Mu’awiyyah bin Abi Sufyan RA, ia berkata,”Aku mendengar Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan pemahaman agama kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf an-Nawawi (wafat 676H) rahimahullah berkata, ” Di dalam hadis ini terdapat keutamaan ilmu, mendalami agama, dan dorongan kepadanya. Sebabnya ialah kerana ilmu akan memandunya menuju ketaqwaan kepada Allah Ta’ala. (Syarah Sahih Muslim)
6. Orang yang berilmu dikecualikan dari laknat Allah.
Dari Abu Hurairah RA RA, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat pula apa yang ada di dalamnya, kecuali zikir kepada Allah dan keta’atan kepadaNya, orang berilmu, dan orang yang mempelajari ilmu.” (HR. at-Termizi, Ibnu Majah & Ibnu ‘Abdil Barr)

SAMBUNGAN KEUTAMAAN ILMU SYAR’I DAN MEMPELAJARINYA
2. Allah mengangkat derajat orang yang berilmu
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang bermaksud: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ‘Berilah kelapangan dalam majlis,’ maka lapangkanlah, nescaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,’Berdirilah kamu,’ maka berdirilah, nescaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah: 11).
Allah berfirman tentang Nabi Yusuf ‘alaihis salaam yang bermaksud, “...Kami angkat derajat orang yang kami kehendaki, dan di atas setiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui.(QS. Yusuf: 76).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang bermaksud:“…Dan (juga kerana) Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah (As-Sunnah) kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Kurnia Allah yang dilimpahkan kepadamu sangat besar.” (QS. An-Nisaa’: 113)
Dari Umar bin al-Khattab bahawa Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Allah mengangkat dengan Al-Qur’an beberapa kaum dan Allah pun merendahkan beberapa kaum dengannya.” (HR. Muslim)
KEUTAMAAN ILMU SYAR’I DAN MEMPELAJARINYA
Allah Ta’ala memuji ilmu dan pemiliknya serta mendorong hamba-hambaNya untuk berilmu dan membekali diri dengannya, begitu pula Sunnah Rasulullah sallalahu ‘alaihi wa sallam. Antara keutamaan ilmu syar’i seperti yang disebut oleh Ibnu Qayyim al Jauziyyah (wafat 751H) ialah:
1. Kesaksian Allah kepada orang-orang yang berilmu.
Allah Ta’ala berfirman yang bermaksud: “Allah Ta’ala menyatakan bahawa tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Dia, (demikian pula) para Malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan. Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS. Aali Imran: 18). Pada ayat ini Allah Ta’ala meminta orang ang berilmu bersaksi terhadap sesuatu yang sangat agung untuk kesaksian, iaitu keesaan Allah. Ini menunjukkan keutamaan ilmu dan orang-orang yang berilmu. Allah Ta’ala memuji tentang kesucian dan keadilan orang-orang yang berilmu.
Sesungguhnya Allah hanya akan meminta orang-orang yang adil saja untuk memberikan kesaksian, seperti yang dinyatakan hadis Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam: Ilmu ini akan dibawa oleh para ulama’ yang adil dari tiap-tiap generasi. Mereka akan membenteras penyimpangan/perubahan yang dilakukan oleh orang-orang yang ghuluw (yang melampaui batas), menolak kebohongan pelaku kebatilan (para pendusta), dan takwil orang-orang bodoh.” (HR. al-’Uqaily, Ibnu Abi Hatim).
TANDA-TANDA ILMU YANG BERMANFAAT
Ilmu yang bermanfaat dapat diketahui dengan meihat kepada pemilik ilmu tersebut. Di antara tanda-tandanya:
1. Orang yang bermanfaat ilmunya tidak memperdulikan keadaan dan kedudukan dirinya, serta membenci pujian dari manusia, tidak menganggap dirinya suci, dan tidak sombong dengan ilmu yang dimilikinya.
2. Apabila ilmunya bertambah, bertambah pula sikap tawadhu’, rasa takut, hina dan ketundukannya di hadapan Allah.
3. Ilmu yang bermanfaat mengajak pemiliknya lari/menjauhi dari dunia (fitnah), terutamanya kedudukan, kesenangan dan pujian.
4. Pemilik ilmu tidak mengakui memiliki ilmu dan tidak berbangga dengannya.
Sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam, ” Sesungguhnya para ulama’ adalah pewaris para Nabi, dan mereka tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Mereka hanyalah mewariskan ilmu. Sesiapa yang mengambilnya, maka ia telah mengambil bahagian yang banyak.” (HR Ahmad, Abu Daud, at-Termizi & Ibnu Hibban).

Ilmu ada tiga jenis:
1. Ilmu tentang Allah, Nama-Nama, dan sifat-sifatNya serta hal-hal yang berkaitan dengannya. Contohnya seperti yang dinyatakan dalam surah Al-Ikhlas, Ayatul Kursi , dan sebagainya.
2. Ilmu mengenai berita dari Allah tentang hal-hal yang telah terjadi dan akan terjadi serta yang sedang terjadi, contohnya ayat-ayat tentang kisah, janji, ancaman, sifat Syurga, sifat Neraka dan sebagainya.
3. Ilmu tentang perintah Allah mengenai hati dan perbuatan anggota tubuh, seperti beriman kepada Allah, pengetahuan tentang hati dan keadaannya, serta perkataan dan perbuatan anggota badan, yang termasuk didalamnya ilmu mengenai dasar-dasar keimanan dan kaedah-kedah Islam, ilmu-ilmu fiqah yang membahaskan hukum amal perbuatan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Telah berkata Yahya bin Ammar (wafat 422H), ” Ilmu itu ada lima: (1) ilmu yang merupakan kehidupan bagi agama, iaitu ilmu tauhid, (2) ilmu yang merupakan santapan agama, iaitu ilmu tentang makna-makna Al-Qur’an dan hadis, (3) ilmu yang merupakan ubat agama, iaitu ilmu fatwa, (4) ilmu yang merupakan penyakit agama, iaitu ilmu kalam dan bid’ah, dan (5) ilmu yang merupakan kebinasaan bagi agama, iaitu ilmu sihir dan yang sepertinya.”

SAMBUNGAN: PENGERTIAN ILMU YANG BERMANFAAT
Berkata Imam Al-Auza’i (W 157H): ” Ilmu itu apa yang datang dari para Sahabat Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam, adapun yang datang dari selain mereka bukanlah ilmu.”. Mereka para Sahabat adalah golongan yang bersama dan menerima bimbingan terus dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam, penuh dengan keta’atan, dan menyampaikannya pada yang lain.
Sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam: “Perumpamaan petunjuk dan ilmuyang Allah mengutusku dengannya laksana hujan lebat yang menimpa tanah. Di antara tanah itu ada yang subur. Ia menerima air lalu menumbuhkan tanaman dan rumput yang banyak. Di antaranya juga ada tanah kering yang menyimpan air. Lalu Allah memberi manusia manfaat darinya sehingga mereka meminumnya, mengairi tanaman, dan berladang dengannya. Hujan itu juga mengenai jenis (tanah yang) lain yang tandus, yang tidak menyimpan air, tidak pula menumbuhkan tanaman. Itulah perumpamaan orang yang memahami agama Allah, lalu ia mendapat manfaat dari apa yang Allah mengutusku dengannya. Juga perumpamaan atas orang yang tidak memberi perhatian terhadapnya. Ia tidak menerima petunjuk Allah yang dengannya aku diutus.” (HR. Bukhari & Muslim).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam ketika diutus membawa ajaran Islam mengumpamakanya seperti hujan yang diperlukan manusia, dan keadaan mereka sebelumnya bagaikan tanah yang kering kontang. Orang yang mendengar ilmu agama itu diumpamakan dengan berbagai jenis tanah yang terkena air hujan. Bagi orang yang alim yang mengamalkan ilmunya dan mengajarkannya, umpama tanah yang subur yang menyerap air sehingga memberi manfaat pada dirinya, dan menumbuhkan tanaman yang memberi manfaat pada yang lain. Ada pula mereka yang menuntut ilmu namun tidak mengamalkannya, tetapi mengajarkannya pada orang lain. Dia diumpamakan sebagai tanah yang menggenangi air sehingga manusia dapat memanfaatkannya. Mereka disebut seperti sabda beliau: ” Allah memperindah seseorang yang mendengar perkataan-perkataanku dan dia mengajarkannya seperti yang ia dengar.” Ada juga mereka yang mendengar ilmu namun tidak menghafal/menjaganya serta tidak menyampaikannya kepada yang lain, ia umpama tanah yang berair atau tanah gersang yang tidak dapat menerima air sehingga merosakkan tanah di sekelilingnya.
Golongan pertama dan kedua adalah bermanfaat. Tetapi golongan ketiga adalah (1) mereka yang memeluk Islam namun tidak mengamalkannya dan tidak mengajarkannya, umpama tanah tandus seperti disebut Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam: “Orang yang tidak menaruh perhatian terhadapnya” Atau dia berpaling dari ilmu sehingga dia tidak boleh memanfaatkannya dan tidak pula dapat memberi manfaat kepada orang lain, dan (2)mereka yang tidak memeluk Islam, walaupun telah disampaikan kepadanya pengetahuan mengenai Islam, tetapi ia mengengkarinya dan kufur kepadanya, kelompok ini diumpamakan tanah datar yang keras di mana air mengalir di atasnya, tetapi tidak dapat memanfaatkannya, seperti disabdakan Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam: “Dan ia tidak menerima petunjuk Allah yang dengannya aku diutus.”
SAMBUNGAN: PENGERTIAN ILMU YANG BERMANFAAT
Ibnu Rajab (wafat 157H) berkata:” Ilmu yang paling utama adalah ilmu tafsir Al-Qur’an, penjelasan makna hadis-hadis Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam, dan pembahasan tentang masalah halal dan haram yang diriwayatkan dari para sahabat, tabi’in, tabi’ut attabi’in dan para imam terkemuka yang mengikuti jejak mereka..”Ibnu Qayyim mengatakan: “Telah berkata sebahagian ahli ilmu :’Ilmu adalah firman Allah, sabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam, dan perkataan para sahabat. Semuanya tidak bertentangan…”. Imam As-Syafie (wafat 204H) mengatakan, ” Seluruh ilmu selain Al-Qur’an hanyalah menyibukkan, kecuali ilmu hadis dan fiqih dalam rangka mendalami ilmu agama. Ilmu adalah yang tercantum di dalamnya: ‘Qaala, haddasanaa (telah menyampaikan hadis kepada kami)’. Adapun selain itu hanyalah waswas (bisikan) syaitan.”
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam memberikan perumpamaan bagi orang yang memahami agama,ia memperoleh manfaat dari ilmunya dan memberikan manfaat kepada orang lain, manakala orang yang tidak memberi pehatian kepada ilmu agama, dengan kelalaiannya itu menjadikannya orang yang rugi, seperti sabda beliau: “Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya laksana hujan lebat yang menimpa tanah. Di antara tanah itu ada yang subur. Ia menerima air lalu menumbuhkan tanaman dan rumput yang banyak. Di antaranya juga ada tanah kering yang menyimpan air. Lalu Allah memberi manusia manfaat darinya sehingga mereka meminumnya, mengairi tanaman, dan berladang dengannya. Hujan itu juga mengenai jenis (tanah yang) lain yang tandus, yang tidak menyimpan air, tidak pula menumbuhkan tanaman. Itulah perumpamaan orang yang memahami agama Allah, lalu ia mendapat manfaat dari apayang Allah mengutusku dengannya. Juga perumpamaan atas orang yang tidak memberi perhatian terhadapnya. Ia tidak menerima petunjuk Allah yang dengannya aku diutus.” (HR. Bukhari & Muslim).
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam menyambut orang yang menuntut ilmu syar’i dan para Malaikat meletakkan sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu seperti sabda beliau: “Barangsiapa berjalan menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan jalannya menuju Syurga. Sesungguhnya para Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk para penuntut ilmu kerana redha dengan apa yang mereka lakukan…” (HR. Ahmad, Abu Daud, at Termizi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
Diriwayatkan dari Safwan bin ‘Assal Al-Marudi, ia berkata, “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku datang untuk menuntut ilmu.” Beliau menjawab, “Selamat datang kepada penuntut ilmu. Sesungguhnya penuntut ilmu itu dikelilingi para Malaikat dan dinaungi dengan sayap-satapnya. Sebahagian mereka menaiki sebahagian yang lain hingga mencapai langit dunia kerana kecintaan mereka terhadap apa yang dia cari…” (HR. Ahmad, Abdurrazzaq, an-Nasa’i, Ibnu Majah & at-Tabarani).
Dalam hadis yg. diriwayatkan oleh Muslim, menceritakan bagaimana Dhimad datang ke Makkah untuk cuba mengubati Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam yang dituduh oleh musyrikin telah disihir, akhirnya dia memeluk Islam apabila mendengar Khutbatul Hajjah yang disampaikan oleh Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam kepadanya, di mana Dhimad telah mendapat manfaat ilmu dengan sabda beliau:
‏ ‏إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ ‏ ‏مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ‏أَمَّا بَعْدُ .
Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memujiNya. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang boleh menyesatkannya. Barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang boleh memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahawa tiada Tuhan selain Allah, Dialah satu-satunya sembahan, tiada sekutu bagiNya, dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba Allah dan utusanNya.”
Untuk mengikuti kuliah di atas, sila klik di sini.
SAMBUNGAN: PENGERTIAN ILMU YANG BERMANFAAT
Menurut Ibnu Rajab (Wafat 795H) ilmu yang bermanfaat memandu kepada dua perkara:
1. Mengenal Allah dan segala yang hak bagiNya berupa nama-nama yang indah, sifat-sifat yang mulia, dan perbuatan yang agung. Hal ini memerlukan adanya pengagungan, rasa takut, cinta, harap dan tawakkal kepada Allah dan redha dengan takdir dan sabar atas segala musibah yang Allah berikan.
2. Mengetahui segala yang diredhai dan dicintai Allah dan menjauhi dari segala perkara yang dibenci dan dimurkaiNya, termasuk keyakinan, perbuatan lahir dan batin serta ucapan. Mereka yang mengetahuinya perlu bersegera melakukan segala yang dicintai dan diredhai Allah dan menjauhi segala yang dibenci dan dimurkaiNya.
Apabila ilmu itu menghasilkan kedua-dua perkara ini kepada pemiliknya, maka inilah ilmu yang bermanfaat. Apabila ilmu itu bermanfaat dan sentiasa di dalam hati, maka hati itu akan merasa khusyu’, takut, tunduk, mencintai dan mengagungkan Allah, jiwa merasa cukup dan puas dengan sedikit yang halal dari dunia dan merasa kenyang dengannya sehinggakan menjadikannya qana’ah dan zuhud di dunia.
Berkata Mujahid bin Jabr (wafat 104H):”Orang yang faqih adalah orang yang takut kepada Allah Ta’ala meskipun ilmunya sedikit. Dan orang yang bodoh adalah orang yang berbuat derhaka kepada Allah Ta’ala walaupun ilmunya banyak.” Ini menunjukkan ada orang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya, tetapi ilmu tersebut tidak bermanfaat bagi orang tersebut kerana tidak membawanya kepada ketaatan kepada Allah Ta’ala. Oleh itu ilmu akan bermanfaat jika disertai dengan niat semata-mata hanya mengharapkan redha Allah.
Ibnu Rajab berkata:” Ilmu yang paling utama adalah ilmu tafsir Al-Qur’an, penjelasan makna hadis-hadis Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam, dan pembahasan tentang masalah halal dan haram yang diriwayatkan dari para sahabat, tabi’in, tabi’ut atbi’in dan para imam terkemuka yang mengikuti jejak mereka..”Ibnu Qayyim mengatakan: “Telah berkata sebahagian ahli ilmu :’Ilmu adalah firman Allah, sabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam, dan perkataan para sahabat. Semuanya tidak bertentangan…”
Untuk mengikuti kuliah di atas, sila klik di sini.

MEMOHON ILMU YANG BERMANFA’AT KEPADA ALLAH

Kita hendaklah sentiasa memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah, dan memohon pertolonganNya dalam mencari ilmu serta selalu merasa perlu kepadaNya.
Do’a dari Al-Qur`an : 
رَبِّ زِدْنِي عِلْماً 

“Wahai Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS. Thaha : 114)
Do’a dari Sunnah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً 
“Ya Allah, aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal, dan amal yang diterima.”(HR Ahmad, al-Humaidi, Ibnu Majah, Ibnus Sunni, An-Nasa’i)
اَللَّهُمَّ انْفَعْنِيْ بِمَا عَلَّمْتَنِيْ وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعُنِيْ وَزِدْنِيْ عِلْمًا 
“Ya Allah, berikanlah manfaat kepadaku dengan apa-apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku dan tambahkanlah ilmu kepadaku.”(HR at-termizi dan Ibnu Majah)
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعْ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعْ وَمِنْ نَفْسٍ لاَتَشْبَعْ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ ُيْستَجَابُ لَهُ 
“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusu’, nafsu yang tidak pernah puas, dan do’a yang tidak dikabulkan.” (HR Muslim, An-Nasa’i)
PENGERTIAN ILMU YANG BERMANFA’AT
Di dalam Al-Qur’an Allah menyebut ilmu pada kedudukan terpuji iaitu ilmu yang bermanfa’at, dan ilmu pada kedudukan tercela iaitu ilmu yang tidak bermanfa’at.
” ..Katakanlah: ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tudak mengetahui?.. (QS. Az Zumar: 9)
“Allah menyatakan bahawa tidak ada ilah (yang layak diibadahi dengan benar) selain Dia, (demikian pula) para Malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan. Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa Maha Bijaksana.” (QS. Ali ‘Imran: 18)
“…Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepadaNya hanyalah para ulama’..” (QS. Fathir: 28).
Ketika Adam diberi pelajaran oleh Allah tentang nama-nama segala sesuatu dan memberitahu kepada Malaikat, maka para Malaikta berkata:
“..Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 32)
dalam kisah Nabi Musa dengan Nabi Khidir, Nabi Musa berkat kepadanya:
“..Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (QS. Al-Kahfi: 66).
Suatu kaum ada diberikan ilmu yang pada hakikatnya bermanfa’at, namun tidak ada manfa’at kepada mereka kerana tidak mengambil manfa’at dari ilmunya itu:
” Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keldai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangatlah buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Jumuah: 5)
Allah juga mencela ilimu sihir, seperti firmanNya;
“..Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfa’at. Dan sungguh mereka tidak tahu barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, nescaya tidak mendapat keuntungan akhirat. Sungguh sangat buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka mengetahui.” (QS. Al Bqarah: 102)
Dan Allah juga berfirman:
” Mereka hanya mengetahui yang lahir (nampak) dari kehidupan dunia; sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai.” (QS. Ar-Ruum: 7)
Ibnu Taimiyyah (wafat 728H) berkata:” Ilmu adalah apa yang dibangun di atas dalil, dan ilmu yang bermanfa’at adalah ilmu yang dibawa oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam. Terkadang ada ilmu yang tidak berasal dari Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam, namun dalam urusan duniawi, seperti ilmu kedoktoran, ilmu hisab, ilmu pertanian, dan ilmu perdagangan.”
Untuk mengikuti kuliah di atas, sila klik di sini.
Ilmu itu lebih jelas dari apa yang diketahui. Ilmu Syar’i bermaksud ilmu yang diturunkan oelh Allah kepada RasulNya berupa keterangan dan petunjuk. Maka ilmu yang didalamnya terkandung pujian dan sanjungan adalah ilmu wahyu, iaitu ilmu yang diturunkan oleh Allah sahaja.
Dari Muawiyyah bin Abu Sufian RA, bahawa Nabi Saw bersabda: Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, Dia akan menjadikannya faham tentang agamanya (iaitu Al-Qur’an dan As Sunnah). Sesungguhnya aku hanyalah menyampaikan dan Allahlah yang memberi. Dan umat ini akan sentiasa tegak di atas perintah Allah, tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datangnya keputusan Allah (hari Kiamat). (HR. Bukhari).
Berkata Imam Al-Auza’i:” Ilmu adalah apa yang berasal dari para sahabat Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada pun yang bukan dari seseorang dari mereka, maka itu bukan ilmu.”
Mengikut Syaikh Muhammad bin Salih al-’Utsaimin:Ilmu adalah mengetahui sesuatu dengan pengetahuan yang sebenarnya. Tingkatan ilmu pada seseorang ada 6 tingkatan:
1. Al-ilmu iaitu mengetahui sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dengan pengetahuan yang pasti.
2. Al-Jahlul basith iaitu tidak mengetahui sesuatu sama sekali.
3. Al-Jahlul murakkab iaitu mengetahui sesuatu tidak sesuai dengan yang sebenarnya . Disebut murakkab kerana pada orang tersebut terdapat dua kebodohan iaitu bodoh kerana ia tidak mengetahui yang sebenarnya dan bodoh kerana beranggapan bahawa dirinya tahu padahal sebenarnya ia tidak tahu.
4. Al-Wahm iaitu mengetahui sesuatu dengan kemungkinan salah lebih besar daripada benarnya.
5. As-Syak iaitu mengetahui sesuatu yang kemungkinan benar dan salahnya adalah sama.
6. Az-Zhan iaitu mengetahui sesuatu yang kemungkinan benarnya lebih besar daripada salahnya.
Ilmu itu terbahagi dua, iaitu:
1. Dharuri – pengetahuan yang dapat diperoleh secara langsung tanpa memerlukan penelitian dan dalil, seperti pengetahuan bahawa api itu panas.
2. Nazhari – pengetahuan yang hanya boleh diperolehi dengan melakukan penelitian dan dengan dalil, contohnya pengetahuan bahawa wajibnya niat dalam berwuduk.
Dari sudut kewajibannya ke atas seorang Muslim, ilmu syar’i terbahagi kepada dua:
1. Ilmu ‘aini iaitu ilmu yang wajib diketahui dan dipelajari oleh setiap Muslim.
2. Ilmu kifa’i iaitu ilmu yang tidak diwajibkan bagi setiap Muslim untuk mengetahui dan mempelajarinya, cukup hanya sebahagian dari mereka mempelajari dan mengetahuinya dan gugurlah kewajibannya bagi sebahagian yang lain.
Untuk mengikuti kuliah di atas, sila klik di sini.

MUKADDIMAH

- Dari Ibnu Abbas RA, bahawa Nabi SAW bersabda: Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dengan kedua-duanya, iaitu nikmat sihat dan waktu lapang. (HR Bukhari)
- Seorang muslim tidak akan boleh melaksanakan agamanya dengan benar, kecuali belajar Islam yang benar dari Al-Qur’an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafus-Soleh.
- Firman Allah SWT:, yang bermaksud: Dialah yang mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk (iaitu ilmu yang bermanafaat) dan agama yang hak (iaitu. amal soleh) agar dimenangkanNya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (QS Al-Fath : 28)
- Dari Anas RA, bahawa Nabi SAW bersabda: Menuntut ilmu syar’i itu wajib bagi setiap muslim. (HR. Ibnu Majah)
- Dari Abu Darda’ RA, bahawa Nabi SAW bersabda: Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah memudahkan jalannya menuju Syurga. Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu kerana redha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit mahupun di bumi hingga ikan yang berada di air. Ssungguhnya keutamaan orang alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulamak itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka sungguh ia telah mendapat bahagian yang banyak. (HR. Ahmad)
- Dari Anas RA, bahawa Nabi SAW bersabda: Apabila kalian berjalan melalui taman-taman Syurga, perbanyakkanlah berzikir. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksudkan taman-taman Syurga itu? Beliau SAW menjawab: Iaitu halaqah-halaqah zikir ( majlis ilmu). (HR At-Termizi)
- Majlis ilmu yang dimaksudkan di sini ialah majlis yang didalamnya diajarkan tentang tauhid, aqidah yang benar menurut pemahaman Salafus-Soleh, ibadah yang sesuai Sunnah Nabi SAW, muamalah, dan lainnya.
BAB 1 – PENGERTIAN ILMU SYAR’I
- Ilmu itu lebih jelas dari apa yang diketahui. Ilmu Syar’i bermaksud ilmu yang diturunkan oelh Allah kepada RasulNya berupa keterangan dan petunjuk. Maka ilmu yang didalamnya terkandung pujian dan sanjungan adalah ilmu wahyu, iaitu ilmu yang diturunkan oleh Allah sahaja.
- Dari Muawiyyah bin Abu Sufian RA, bahawa Nabi Saw bersabda: Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, Dia akan menjadikannya faham tentang agamanya. Sesungguhnya aku hanyalah menyampaikan dan Allahlah yang member. Dan umat ini akan sentiasa tegak di atas perintah Allah, tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datangnya keputusan Allah (hari Kiamat). (HR. Bukhari)

http://assabiel.com/?cat=420&paged=2

No comments: