Macam-macam "QAULAN" di dalam al-Quran
Kata-kata yang keluar dari mulut kita tidak selamanya terjaga dengan baik, terkadang secara sengaja atau tidak sengaja malah menyakitkan hati pendengarnya.
Jika hal tersebut dibiarkan tak terjaga maka ucapan yang keluar dari mulut kita justru akan lebih banyak merugikan diri kita sendiri.
Bahkan, ahli ibadah pun pernah dikatakan celaka oleh Rasulullah saw gara-gara lisannya yang tidak terjaga. Dalam sebuah hadis dijelaskan:
قِيْلَ لِرَسُوْلِ اللهِ ص إِنَّ فُلَانَةَ تَصُوْمُ النَّهَارَ وَتَقُوْمُ اللَّيْلَ وَ هِيَ سَيِّئَةُ الْخُلُقِ تُؤْذِى جِيْرَانَهَا بِلِسَانِهَا قَالَ لَا خَيْرَ فِيْهَا هَيَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ
Dikatakan kepada Rasulullah saw., “Sesungguhnya si Fulanah shaum (berpuasa) di siang hari dan tahajud di malam hari. Namun akhlaknya buruk. Ia suka menyakiti hati tentangganya dengan mulutnya”. Rasulullah bersabda, “Tidak ada kebaikan pada diri Fulanah itu. Ia termasuk ahli neraka”. (H.R. Ahmad). ( Taubat adalah ubatnya )
Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan sesempurnanya penciptaan, dibandingkan makhluk yang lain. Keindahan dan kesempurnaan manusia hendaknya diiringi dengan keindahan dan kesempurnaan perangai.
Salah satunya, manusia mesti mengindahkan dan menyempurnakan diri dengan komunikasi / Percakapan yang baik meskipun pada kenyataannya tidak ada manusia yang sempurna.
Untuk menyokong hal ini, Allah memberi kelebihan kepada kita sebagai manusia supaya pandai berkomunikasi sebagaimana dijelaskan dalam QS ar-Rahman ayat 4, “Allah mengajarkan manusia pandai berbicara”. Ayat tersebut menyiratkan perintah supaya kita berkomunikasi dengan baik.
Dalam al-Quran terdapat macam-macam qaulan (perkataan), diantaranya:
1. Qaulan Karima
Dilihat dari segi bahasa, karima berasal dari kata karuma yakrumu karman karimun yang bermakna mulia. Al-Quran mengingatkan kita untuk menggunakan bahasa yang mulia, yakni perkataan yang memuliakan dan memberi penghormatan kepada orang yang diajak bicara sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut:
Dilihat dari segi bahasa, karima berasal dari kata karuma yakrumu karman karimun yang bermakna mulia. Al-Quran mengingatkan kita untuk menggunakan bahasa yang mulia, yakni perkataan yang memuliakan dan memberi penghormatan kepada orang yang diajak bicara sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut:
فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“... janganlah kamu mengatakan ‘ah’ kepada mereka (orang tua), jangan pula kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia!” (QS al-Isra` [17]: 23).
2. Qaulan Ma’rufa
Ma’rufa identik dengan kata urf atau budaya. Menurut ahli tafsir ma’ruf secara bahasa artinya baik dan diterima oleh nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Qaulan ma’rufa berarti perkataan yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Selain itu, qaulan ma’rufa berarti pula perkataan yang pantas dengan latar belakang dan status seseorang. Seorang guru hendaknya berutur kata yang santun karena memang pantasnya begitu. Pun dengan seorang da’i, muballigh, petinggi ormas, dll. hendaknya berbicara dengan perkataan ma’ruf, karena memang seperti itulah pantasnya.
Ma’rufa identik dengan kata urf atau budaya. Menurut ahli tafsir ma’ruf secara bahasa artinya baik dan diterima oleh nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Qaulan ma’rufa berarti perkataan yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Selain itu, qaulan ma’rufa berarti pula perkataan yang pantas dengan latar belakang dan status seseorang. Seorang guru hendaknya berutur kata yang santun karena memang pantasnya begitu. Pun dengan seorang da’i, muballigh, petinggi ormas, dll. hendaknya berbicara dengan perkataan ma’ruf, karena memang seperti itulah pantasnya.
Dalam al-Quran dijelaskan:
وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَعْرُوفًا
“Dan janganlah kamu menyerahkan harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya (anak yatim) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan! berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik!” (QS an-Nisa [4]: 5).
3. Qaulan Sadida
Sadida berarti jelas, jernih, terang. Dalam al-Quran, konteks qaulan sadida diugkapkan pada pembahasan mengenai wasiat (QS an-Nisa [4]: 9) dan tentang buhtan (tuduhan tanpa bukti) yang dilakukan kaum Nabi Musa kepada Nabi Musa (QS al-Ahzab [33]: 70).
Dari kedua konteks ayatnya, qaulan sadida merupakan perkataan yang jelas, tidak meninggalkan keraguan, meyakinkan pendengar, dan perkataan yang benar tidak mengada-ada (buhtan: tuduhan tanpa bukti).
4. Qaulan Baligha
Terhadap kelompok oposisi atau kaum munafiq kita diminta menggunakan bahasa yang komunikatif (qaulan baligha). Baligha itu sendiri berarti sampai. Dalam konteks ayatnya (QS an-Nisa [4]: 63), qaulan baligha dimaknai sebagai perkataan yang sampai dan meninggalkan bekas di dalam jiwa seseorang.
Terhadap kelompok oposisi atau kaum munafiq kita diminta menggunakan bahasa yang komunikatif (qaulan baligha). Baligha itu sendiri berarti sampai. Dalam konteks ayatnya (QS an-Nisa [4]: 63), qaulan baligha dimaknai sebagai perkataan yang sampai dan meninggalkan bekas di dalam jiwa seseorang.
Ini merupakan indikasi bahwa dakwah itu mesti diupayakan. Salah satunya adalah dakwah dengan lisan (da’wah billisan). Dan, kemestian dakwah dengan lisan ini tentunya bagi yang mumpuni dan berkapasitas. Kecakapan dakwah yang perlu diasah adalah dalam penyampaian verbal. Maka, kecakapan dalam qaulan baligha merupakan hal yang niscaya bagi seorang da’i atau muballigh.
5. Qaulan Maysura
Maysura artinya mudah. Qaulan maysura berarti perkataan yang mudah. Dalam konteks ayatnya (QS al-Isra` [17]: 28), Imam al-Maraghi mengartikannya sebagai ucapan yang lunak dan baik atau ucapan janji yang tidak mengecewakan. Sedangkan Imam Ibnu Katsir menyebutkan makna qaulan maysura dengan perkataan yang pantas dan ucapan janji yang menyenangkan. Kedua pendapat tersebut identik, yakni ucapan yang keluar dari mulut kita hendaknya menyenangkan orang dan tidak mengecewakannya.
Maysura artinya mudah. Qaulan maysura berarti perkataan yang mudah. Dalam konteks ayatnya (QS al-Isra` [17]: 28), Imam al-Maraghi mengartikannya sebagai ucapan yang lunak dan baik atau ucapan janji yang tidak mengecewakan. Sedangkan Imam Ibnu Katsir menyebutkan makna qaulan maysura dengan perkataan yang pantas dan ucapan janji yang menyenangkan. Kedua pendapat tersebut identik, yakni ucapan yang keluar dari mulut kita hendaknya menyenangkan orang dan tidak mengecewakannya.
6. Qaulan Layyina
Secara bahasa layyina artinya lemah lembut. Qaulan layyina boleh bermakna sebagai strategi dakwah. Pasalnya, konteks qaulan layyina (QS Thaha [20]: 44) berbicara tentang dialog Nabi Musa dengan Firaun.Walaupun dengan lemah lembut pun tetap saja membuat Firaun marah apatah lagi bila menggunakan kata-kata keras, tentu batang leher yang menjadi taruhannya.
Secara bahasa layyina artinya lemah lembut. Qaulan layyina boleh bermakna sebagai strategi dakwah. Pasalnya, konteks qaulan layyina (QS Thaha [20]: 44) berbicara tentang dialog Nabi Musa dengan Firaun.Walaupun dengan lemah lembut pun tetap saja membuat Firaun marah apatah lagi bila menggunakan kata-kata keras, tentu batang leher yang menjadi taruhannya.
Sebagai seorang anak angkat yang dibesarkan dan disenangkan di istana Firaun, penguasa yang melabeli diri sebagai tuhan, Musa harus berurusan dengan Firau sebagai objek dakwah tauhidnya. Berat rasanya bagi Nabi Musa. Tetapi, ini adalah misi yang diembankan Allah. Maka, Allah menuntun dan memotivasi agar Nabi Musa menggunakan qaulan layyina saat menyampaikan dakwahnya.
7. Qaulan Tsaqila
إِنَّا سَنُلْقِى عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا
إِنَّا سَنُلْقِى عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا
Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat.
(QS: Al-Muzzammil Ayat: 5)
(QS: Al-Muzzammil Ayat: 5)
maksud dari “qaulan tsaqila” Perkataan yang berat para ulama berpendapat adalah Al-Qur’an.Kata Qaulan Tsaqila ini merupakan Qaulan yang pertamakali diturunkan kepada nabiyullah Muhammad SAW.Qaulan Tsaqila boleh jadi merupakan intisari dari semua Qaulan tersebut diatas.Walaupun diucapkan dengan cara berkata yang sederhana dan apa adanya orang yang mendengarnya boleh tersentak/takjub / terkesan atau mengingatnya seumur hidup,..
.....sebagaimana bila Rasulullah SAW. menjelaskan tentang Syurga para sahabat yang mendengarnya sangat bersukacita seolah rasanya ingin segera memasukinya dan tatkala Rasulullah SAW. bercerita tentang Neraka, semua Sahabat sangat ketakutan seolah neraka sudah ada dihadapan mereka hingga mereka menangis tersedu-sedu
Bagi kita untuk ....mencapai tingkat Qaulan Tsaqila tentu dengan mengikuti syarat sebagai mana Rasulullah contohkan pada ayat-ayat sebelumnya diantaranya : Shalat malam. berdzikir mengagungkan nama Allah SWT.,Membaca Al qur'an dengan tartil. dan berdo'a.
Dengan begitu Kita berharap memiliki perkataan yang berbobot, berkualitas, menginspirasi orang lain, berpengaruh dan lain sebagainya.
Dengan begitu Kita berharap memiliki perkataan yang berbobot, berkualitas, menginspirasi orang lain, berpengaruh dan lain sebagainya.
Mari Kita menjaga lisan Kita, agar tidak mengeluarkan perkataan yang tidak baik, kata-kata kasar, kata-kata yang menyinggung perasaan orang lain, kata-kata jorok/kotor, kata-kata yang tidak pantas, perkataan yang menghina/ merendahkan orang lain dan kata-kata negatif lainnya.
Rasulullah saw. menasehati:
إِحْفَظْ لِسَانَكَ
“Jagalah lidahmu!” (HR Ibnu Asakir).
Rasulullah saw. menasehati:
إِحْفَظْ لِسَانَكَ
“Jagalah lidahmu!” (HR Ibnu Asakir).
Bumi mana yang tak di timpa hujan, manusia mana yang tak pernah melakukan kesalahan ????
Allah taqdirkan adanya dosa dan Allah sediakan rahmat dan maghfirah yakni dengan taubat
Wallahu a'lam bishawab
No comments:
Post a Comment