Manaqib As Syeikhuna Rahimuddin AnNawawi Al Bantani
Tausiah Syeikhuna Rahimuddin
1.
ciri-ciri seorang hamba yang celaka adalah : a. Ketika ilmu bertambah, maka
semakin bertambah kesombongannya. b. Ketika bertambah amalannya, maka makin
bertambah kebanggaan kepada dirinya sendiri dan penghinaan kepada orang lain. c.
Ketika semakin bertambah kemampuan dan kedudukannya, semakin bertambah pula
kesombongannya.
2. ciri hamba yang mendapat kebahagiaan dan kemenangan: a. Ketika ilmu
pengetahuannya bertambah, maka bertambah pula kerendahan hati dan rasa kasih
sayangnya. b. Ketika bertambah amal-amalnya, semakin bertambah pula rasa takut
dan kehati-hatiannya dalam melaksanakan perintah Allah. c. Ketika bertambah
usia, maka semakin berkurang semua ambisi-ambisi keduniawiannya. d. Ketika harta
bertambah, maka bertambah pula sifat kedermawanannya. e. Ketika bertambah tinggi
kemampuan dan kedudukannya, maka bertambahlah pula kedekatan dirinya pada
manusia dan semakin rendah hati kepada mereka.
3. Barangsiapa yang tidak melepaskan tali penghalang, maka tidak akan
dibukakan hijab/satr penghalang.
4. Cinta itu merasa tentram bersama Allah serta merindukanNYA, merasa
Allah-lah yang memberikan rasa musyahadahmu (persaksian) terhadap Allah bukan
dengan dari persaksianmu terhadapaNYA.
5. Barangsiapa yang tidak melepaskan tali penghalang, maka tidak akan
dibukakan hijab/satr penghalang.
6. Syekh Abu Madyan Al-Gautsi ra berkata: 42. Barangsiapa yang telah
berpaling dari semua harga diri orang (tdk menganggu) karena adab (hormat), maka
ia seorang sufi yang beradab (berakhlak).
7. Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya seorang mukmin tercipta dalam
keadaan Mufattan (penuh cobaan) , Tawwab (suka bertaubat) , dan Nassaa' (suka
lupa), (tetapi) apabila diingatkan ia segera ingat". (Silsilah Hadits Shahih
Bukhari No. 2276).
8. Rasulullah SAW bersabda, ''Semua mata akan menangis pada hari kiamat,
kecuali tiga mata. Pertama, mata yang menangis karena takut kepada Allah. Kedua,
mata yang dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan Allah. Ketiga, mata yang
tidak tidur karena mempertahankan agama Allah.''
9. Orang-orang yang mahfudz (terpelihara oleh Allah) itu bertingkat-tingkat:
Ada yang terpelihara dari kekafiran dan kesyirikan dengan hidayah; yang
terpelihara dari dosa besar dan kecil dengan pengawasan; dan ada yang
terpelihara dari segala bisikan dan kelalaian dengan Pemeliharaan Allah.
10. Lepaskan dunia kepada orang yang mengejarnya, menghadaplah kepada
Tuhanmu, barangsiapa yang melepaskan dari hatinya kesibukan dunia, maka Allah
menjadikan ia sebagai khadim NYA (Allah).
11. Jika hati telah terlepas dari syahwat maka ia dalam keadaan sehat.
12. Barangsiapa yang tidak dapat melepaskan nafsu bersama Allah maka ia
dikalahkan oleh nafsunya
13. Imam Abu Madyan Al-Gautsi berkata: 18. Jika Allah yang menetapkan
kedu-dukkanmu maka Ia juga yang memperkokohkannya, Jika engkau sendiri yang
menetapkannya maka Allah akan menjatuhkanmu. “Ya Allah berilah kami faham
tentang Engkau, karena kami tidak dapat memahami Engkau kecuali dengan
(kehendak) Mu.
14. Barangsiapa yang mendengar dari seseorang, maka ia bersambung sanadnya
15. Syekh Abu Madyan Algautsi ra berkata: 125. Barangsiapa yang tidak patut
untuk ma’rifat (mengenal Allah) maka disibukan dengan melihat amalnya (sebagai
tandanya
16. Bermuamalahlah kepada siapapun dengan yang disenanginya tidak yang
dibencinya. Kepada Ulama dengan mendengarkan dan rasa memerlukan yang baik,
kepada ahlul ma’rifah dengan sopan tenang dan menunggu, dan kepada orag-orang
yang berakhlak baik dengan sikap tauhid dan merendah diri.
17. Hendaklah ketika engkau bersama fuqara (orang-orang yang tak punya karena
hanya berkecimpung di bidang da’wah dan ibadah) bersikap senang dan gembira;
bersama kaum Sufi bersikap etis dan menjalin hubungan baik; bersama para Syekh
(murabbi) pandai mengambil pelajaran dan bersama orang Arifi (waliallah)
bersikap tawadlu dan merendah.
18. Syekh Abu Madyan Al-Gautsi ra berkata: 119. Seorang Syekh (Murabbi)
adalah seorang yang kehadirannya membuat semangat jiwamu bulat bersama Allah,
dan di saat jauh darimu kesan sinar imannya dapat memeliharamu.
19. Orang yang merasa cukup dengan kepandaian berkata dalam ilmunya tanpa
disertai hakikat ilmu maka ia telah zindik dan terputus (dariNYA); Orang yang
merasa cukup dengan ibadah tanpa fikih maka ia telah keluar dan pembuat bid’ah;
orang yang merasa cukup dengan fikih tanpa sifat wara’ maka ia akan tertipu daya
oleh nafsunya; Maka orang yang telah melaksanakan kewajiban dengan menyandang
semuanya, maka ia akan selamat (lahir-bathin) dan terhormat. Barangsiapa yang
tidak mengambil adab dari ahlinya maka ia akan merusak pengikutinya.
20. Jika engkau melihat seorang tampak keramat dan keluar biasaannya maka
janganlah engkau kagum, namun lihat dahulu bagaimana dengan pelaksanaan perintah
dan menjauhi larang Allah (taqwa).
21. Bergaul dengan orang-orang bid’ah akan mematikan hati, maka hindarilah
agar setelah itu kesialannya tidak menular kepadamu walaupun sedikit.
22. Bergaul dengan orang-orang bid’ah akan mematikan hati, maka hindarilah
agar setelah itu kesialannya tidak menular kepadamu walaupun sedikit.
23. Syekh Abu Madyan Al-Gautsi ra berkata: 115. Barangsiapa yang tentram
bersama makhluk maka ia menjadi jauh dengan Allah disebabkan kelalaian, artinya:
bukti jauhnya dia dari Allah, karena makhluk jika tidak membuka jalan kebaikan
untukmu, maka ia akan membuatmu lalai dari Allah.
24. Barangsiapa telah berkhianat kepada Allah dalam kesunyian/kesendirian,
maka akan dirobek tirai perlindungan (pemeliharaan) oleh Allah di tengah banyak
orang.
25.Syekh Yahya bin Mu'adz ra berkata: Jatuhnya derajat seorang hamba (di
depan Allah) adalah mengaku-aku dusta.
26.Sykeh Yahya bin Mu'adz ra berkata: Keinginan dilihat orang dalam beramal
adalah hamparan riya
27.Syekh Yahya bin Mu'adz ra berkata: Janganlah engkau menjadi orang yang
sangat berkeinginan untuk memperbaiki lahiriyah yang sebenarnya hanya untuk
makhluk, yang tidak ada pahalanya, bahkan terkena siksa, serta membiarkan
perbaikan bathin yang dia itu untuk Allah yang berpahala dan tidak ada siksa
atasnya.,
28.Syekh Yahya bin Mu'adz ra berkata: Wahai manusia, engkau tidak akan
merindukan TUHANmu kecuali jika engkau jauhkan dari hatimu MakhlukNYA.
29.Syekh Yahya bin Mu'adz ra berkata: Sebiji sawi cinta Allah itu lebih aku
sukai daripada beribadah 70 tahun tanpa cinta
____________
Tingkatan Zuhud
Hakikat zuhud ialah menyingkirkan apa apa yang semestinya disenangi dan
diingini oleh hati, kerana yakin ada sesuatu yang lebih baik untuk meraih darjat
yang tinggi di sisi ALLAH.
Syeikh Abdul Samad Al Palimbani mengatakan bahawa ada rukun kezuhudan.
1. Meninggalkan sesuatu kerana menginginkan sesuatu yang lebih baik lagi
2.
Meninggalkan keduniaan kerana mengharapkan akhirat.
3. Meninggalkan segala
sesuatu selain ALLAH kerana mencintaiNYA.
Sebagai contoh untuk zuhud tingkat ini, ada satu kisah seorang sahabat Nabi
ternama,Haritsah. Nabi SAW bertanya “Bagaimana kamu hari ini, wahai Haritsah?
"Dia menjawab,Aku sungguh beriman, ya rasulullah"
"Apa buktinya?" tanya Nabi. Dia menjawab,"Aku telah memalingkan jiwaku dari
dunia ini. Itulah sebabnya di siang hari aku haus dan di malam hari kau terjaga,
dan rasa rasanya aku melihat Arasy Tuhanku menghampiriku, dan para penghuni
syurga sedang bersuka ria dan para penghuni neraka sedang menangis". Nabi SAW
bersabda,"itulah seorang mukmin yang hatinya telah dibukakan ALLAH. Kau telah
tahu Haritsah, maka camkanlah."
Imam Ahmad Ibnu Hambal mengklasifikasikan tingkatan zuhud yakni 1. Zuhudnya
orang orang awam ialah meninggalkan hal hal yang haram 2. Zuhud orang orang yang
khawas (khusus) iaitu meninggalkan hal yang berlebih lebihan (al fudhul)
meskipun barang halal. 3. Zuhud orang Arif iaitu meninggalkan segala sesuatu
yang dapat memalingkan daripada mengingati ALLAH.
Al Imam Ghazali pula membahagikan zuhud kepada tiga peringkat yakni
1. Tingkat terendah ialah menjauhkan dunia agar terhindar dari hukuman di
akhirat
2. Tingkat kedua ialah mereka yang menjauhi dunia kerana ingin
mendapatkan imbalan di akhirat
3. Tingkat tertinggi ialah zuhud yang ditempuh
bukan lagi kerana takut atau harap, tetapi semata mata kerana cinta kepada ALLAH
Ta’ala.
No comments:
Post a Comment