Mengikuti pendapat Ulama vs Mengikuti dalil??
Menurut Imam As Syatibiy : Bahaya bagi seorang Muqallid menyalah gunakan dalil karena ketidak fahaman mereka.
Apalagi dengan satu atau dua dalil yg mereka ketahui tanpa melalui pemahaman Ulama, lalu menyalah-nyalahkan amalan kelompok lain maka akan timbul bencana dan fitnah bagi umat. Sekilas ungkapan: "kembali kepada al Qur'an dan Assunnah" adalah ungkapan yg baik dan berdasarkan semangat orisinalitas dlm beragama. Padahal kalau ungkapan itu jatuh kepada orang awam yg tidak mengetahui ilmu agama maka ini menjadi ucapan yang berbahaya. Ucapan ini bisa menyebabkan setiap orang berbicara masalah agama dengan berdalil atas al-Qur’an dan Hadis, tapi hanya mengikut hawa nafsu dalam penafsirannya, mengabaikan semua kaidah dan ilmu alat pendukung yang telah ditetapkan oleh ulama.
Oleh karena itu Imam As Syatibiy berkata:
فتاوى المجتهدين بالنسبة إلى العوام كالأدلة الشرعية بالنسبة إلى المجتهدين
Fatwa-fatwa ulama mujtahidin bagi orang awam itu ibarat dalil syar’i bagi para mujtahid.
(Ibrahim bin Musa as-Syathibi w. 790 H, al-Muwafaqat, h. 5/ 336).
Itu kata Imam al-Syatibiy, dan kemudian beliau meneruskan:
والدليل عليه أن وجود الأدلة بالنسبة إلى المقلدين وعدمها سواء؛ إذ كانوا لا يستفيدون منها شيئا؛ فليس النظر في الأدلة والاستنباط من شأنهم، ولا يجوز ذلك لهم ألبتة
Dasarnya adalah ada dan tidaknya dalil bagi orang awam itu sebenarnya sama saja. Karena mereka belum bisa mengambil faedah dari dalil-dalil itu. Menganalisa dalil-dalil syar’i bukanlah tugas mereka. Bahkan tidak boleh sama sekali mereka melakukan itu. (Ibrahim bin Musa as-Syathibi w. 790 H, al-Muwafaqat, h. 5/ 337)
والمقلد غير عالم ، فلا يصح له إلا سؤال أهل الذكر ، وإليهم مرجعه في أحكام الدين على الإطلاق ، فهم إذا القائمون له مقام الشارع ، وأقوالهم قائمة مقام أقوال الشارع .
Orang awam/ Muqallid tidak sama seperti orang alim, kewajiban mereka hanya bertanya kepada ulama/ ahli ilmu, mereka menjadi rujukan bagi Muqallid dalam semua urusan hukum agama secara mutlak. Posisi mereka menempati posisi الشارع, perkataan mereka menempati posisi perkataan الشارع.
وأيضا فإنه إذا كان فقد المفتي يسقط التكليف فذلك مساو لعدم الدليل ؛ إذ لا تكليف إلا بدليل ، فإذا لم يوجد دليل على العمل سقط التكليف به ، فكذلك إذا لم يوجد مفت في العمل ، فهو غير مكلف به ، فثبت أن قول المجتهد دليل العامي ، والله أعلم .
Sekiranya Muqallid tidak menemukan Mufti, gugur kewajiban taklif, karena itu sama dengan tidak adanya dalil. Sebab taklif baru ada jika ada dalil. Jika tidak ditemukan dalil gugur kewajiban taklif. Apabila tidak ada Mufti maka tidak ada kewajiban taklif bagi seorang Muqallid. Maka tidak diragukan lagi sesungguhnya perkataan seorang Mujtahid merupakan dalil bagi orang awam.
Wallahu A'lam bissowab...
Kunjungi website kami syariah Consulting center http://www.scc-kepri.com/
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1042091625829882&id=369171153121936
No comments:
Post a Comment