KH. Achmad Masduqie Mahfudz dan Pengalaman Keberkahan Shalawat Beliau
Shalawat dan shalat jamaah adalah dua senjata KH. Achmad Masduqie Mahfudz yang diwajibkan kepada semuanya. Apapun masalah anda dan diwadulkan ke beliau, beliau selalu berwasiat baca shalawat, minimal 1000 kali setiap hari dan 10.000 kali setiap malam jumat.
KH. Achmad Masduqie Mahfudz memiliki pengalaman menarik tentang shalawat Nabi. Pada tahun 1956, pada waktu itu beliau masih menjadi murid SLTA di Jogjakarta.
Suatu ketika,beliau pernah berkelahi dengan jin di sebuah masjid tepatnya di Gandean tempat belajar beliau, akan tetapi beliau kalah oleh jin tersebut, sehingga selama tiga hari beliau merasa ingin banyak makan akan tapi tidak bisa buang hajat. Di hari ke empat, tubuh beliau merasa panas yang amat sangat. Dan di hari itu juga beliau berpesan kepada adiknya“dek, nanti kalau aku mati, tolong jangan bawa pulang janazahku ke Jepara tetapi dikuburkan di Jogja saja”. Tutur KH. Masduqie kepada adiknya. karena beliau datang ke Jogja niatnya untuk mondok. Beliau khawatir syahid-nya hilang jika nanti wafat di Jogja, dan jenazahnya di makamkan di Jepara.
Ketika mendengar pesan dari sang kakak, adik beliau merasa khawatir dengan keadaan kakaknya yang berpesan seolah akan mendapati ajal, dan sang adik mengajak KH. Masduqie pergi ke tempat seorang kyai.“Mari kita pergi ke kyai itu, kyai yang mas biasa ngaji di hari ahad”.
Lalu beliau menerima ajakan adiknya. Pergilah beliau bersama adiknya dengan naik becak dan sampai di rumah pak kyai yang di maksud pada jam satu malam. Ketika beliau datang Pintu rumah kyai masih terbuka. Akan tetapi di waktu tengah malam pak kyai sudah tidak bisa melayani tamu, karena sang kyai ketika jam 10 malam sudah khusus ibadah kepada Allah. Karena melihat Masduqie muda yang datang di tengah malam dengan keadaan payah, kyai-pun mempersilahkan Masduqie muda beristirahat di rymah kyai.
Masduqie muda-pun tertidur di rumah kyai itu. Baru beberapa jam di rumah kyai tepatnya jam 3 malam, beliau terbangun karena merasa mulas inginbuang hajat. Setelah itu, rasa sakit dan panas yang dirasakan beliau karena sudah sedikit hilang.
Pada pagi harinya, beliau bertemumu dengan pak kyai. Badan beliau saat bertemu dengan pak kyai masih terasa panas. Beliau langsung mengutarakan apa yang dirasakan kepada pak kyai,” pak kyai, saya sakit”. Buaknnya merasa iba, akan tetapi kyai hanya tersenyum. Dan anehnya Ketika pak kyai tersenyum, rasa panas yang beliau rasakan hilang seketika.
Pak kyai dawuh,” mas, sampean gendeng mas”
“kenapa gendeng yai?”, tanya Masduqie muda.
“Iya, wong bukan penyakit dokter, sampean kok bawa ke dokter, ya uang sampean habis. Pokoknya kalau sampean kepengin sembuh, sampean tidak boleh pegang kitab apapun”, jawab kyai.
Jangankan membaca, menyentuh saja tidak diperbolehkan. Padahal pada saat itu, Masduqie muda dua bulan lagi akan mengikuti ujian akhir.
“Yai, dua bulan lagi saya ujian,kok enggak boleh pegang buku”, Masduqie muda matur kepada pak kyai.
Seketika itu pak kyai menanggapinya dengan marah-marah,” yang bikin kamu lulus itu gurumu? Apa bapakmu? Apa mbahmu?”
Masduqie mudamuda menjawab “Pada hakikatnya Allah yai,”
“Lha iya gitu!” timpal pak kyai
“Lalu bagaimana syariatnya yai?” tanya Masdqie muda lagi.
“Tiap hari, kamu harus baca shalawat yang banyak” timbal kyai
Masduqie muda kembali bertanya,” banyak itu berapa yai?
Pak kyai-pun menjawab,” ya paling sedikit seribu, habis baca 1000 shalawat, minta dengan berkat shalawat yang saya baca, saya minta lulus ujian dengan nilai bagus.
Ya sudah, Masduqie muda tidak berani pegang kitab maupun buku, karena memang ingin sembuh. Mendengar cerita dari Masduqie muda,Paman beliau marah-marah,” bagaimana kamu ini? dari jepara ke sini, kamu kok nggak belajar?” Masduqie muda tidak berani komentar apa-apa. karena beliau menuruti dawuh kyai untuk untuk tidak menyentuh kitab atau buku, beliau nurut saja.
Menjelang beliau ujian, pelajaran bahasa jerman, bukunya ternyata diganti oleh gurunya dengan buku yang baru. Karena masih dilarang menyentuh buku, maka beliau tetap taat titah kyai.
Setelah ujian, Masduqie muda dipanggil guru bahasa jerman.
Pak Guru : kamu her.
Masduqie muda : Berapa nilai saya pak?
Pak Guru : Tiga!
Masduqie muda : Iya pak. Kapan pak?
Pak Guru : Seminggu lagi
Namun setelah seminggu, Masduqie muda tidak langsung mendatangi guru bahasa jerman, karena larangan pegang buku belum selesai.
Baru setelah selesai, Masduqie muda mendatangi pak guru.
Masduqie muda : Pak, saya minta ujian pak.
Pak Guru : Ujian apa?
Masduqie muda : Ya ujian bahasa jerman pak.
Pak Guru : Lha kamu bodoh apa?
Masduqie muda : Lho kenapa pak?
Pak Guru : Nilai delapan kok minta ujian lagi, kamu itu minta nilai berapa?
Masduqie muda : Lho, ya sudah pak, barang kali bisa nilai sepuluh.
Dari nilai angka 3, karena shalawat, mingkem menjadi angak 8. Setelah itu, beliau tidak pernah meninggalkan baca shalawat. Itu satu pengalaman shalawat KH. Masduqie Mahfudz saat muda
Pengalaman shalawat beliau lagi, yakni ketika beliau harus dinas di Tarakan, Kalimantan Timur. Pada suatu hari, ada tamu jam 5 sore, dan bilang ke Kyai Masduqie,” saya disuruh oleh ibu, disuruh minta air tawar.” Kyai Masduqie mengaku bahwa saat itu beliau masih bodoh. Maka seketika itu beliau menjawab,”ya silahkan ambil saja, air tawar kan banyak itu di ledeng-ledeng itu.”
“Bukan itu pak, air tawar yang dibacakan doa-doa untuk orang sakit itu pak”, si tamu berkata pada Kyai Masduqie. Beliaupun menjawab,” Ooo, kalau itu ya tidak bisa sekarang. Ambilnya harus besok habis sholat shubuh persis.”
Beliau menjawab begitu, karena beliau ingin bertanya kepada istri beliau, perihal abah istri beliau yang sering nyuwuk-nyuwuk dan ingin bertanya doanya. Ternyata istri beliau tidak tau tentang doa yang dibaca abahnya di rumah.
Padahal Kyai Masduqie sudah janji. Kebetulan, habis isya waktunya beliau harus wiridan membaca dalail, beliau menemukan hadits tentang shalawat. Inti hadits tersebut kurang lebih,” siapa yang baca shalawat sekali, Allah kasih rahmat sepuluh. Baca shalawat sepuluh, Allah kasih rahmat seratus. Baca shalawat seratus, Allah kasih rahmat seribu. Tidak ada orang yang baca shalawat seribu, kecuali Allah mengabulkan permintaanya.
Setelah mencari di berbagai kitab, Ketemulah hadits tersebut sebagai jawabannya. Lalu belaiupun bangun di tengah malam, mengambil air wudhu dan air segelas, setelah itu membaca shalawat seribu kali. Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina Muhammad. Setelah beliau selesai membaca seribu shalawat, beliau berdoa,” Allahumaj’al hadzal ma’ dawa an liman syarabahu min jami’il amrodh”. Arti doa tersebut,” ya allah, jadikanlah air ini sebagai obat dari segalai penyakita bagi peminumnya”. Lalu meniupkan ke air gelas dan baca shalawat satu kali lagi. Di pagi hari, diberikanlah air tersebut kepada orang yang memintanya.
Setelah tiga hari, ada berita dari orang tersebut bahwa orang yang menderita penyakit tersebut sudah sembuh setelah meminum air dari Kyai Masduqie. Padahal sakitnya sudah empat bulan dan belum ada obat yang bisa menyembuhkan. Dokterpun sudah tidak sanggup menangani penyakit yang diderita orang tersebut. Dokter telah menyarankan untuk mencari obat di luar. Pemberi kabar tersebut mengkabarkan bahwa Kyai Masduqie selama tiga hari itu mengelus-elus perut orang yang sakit. Masa ngelus-ngelus perut? Padahal kan yang kena penyakit itukan perempuan. Ya nggak mungkin. Selain itu, padahal Kyai Masduqie selama tiga hari di rumah saja. Berkat shalawat, penyakitnya, sembuh.
Sejak di itulah di Kalimantan timur terkenal ada guru agama yang pinter nyuwuk. Ya Kyai Masduqie itu. Sampai penyakit apa saja bisa disembuhkan. Jika beliau tidak membacakan shalawat, ya istri beliau mengambilkan air jeding, yang sudah dipakai untuk wudhu. Ya sembuh juga penyakitnya. Inilah pengalaman shalawat Kyai Masduqie ketika dinas di Kalimantan.
Cerita lain, Suatu ketika beliau harus ke Samarinda dengaan naik kapal pribadi milikGubernur Bapak Aji Pangeran Tenggung Pranoto. Dalam pertengahan perjalanan melalui laut, tepatnya di Tanjung Makaliat kapal yang diinaikinya terkena angin puting beliung. Maka goyang-goyanglah kapal tersebut. Kyai Masduqie sadar, berwudhu, lalu naik ke atas kapal. Beliau ajak mengumandangkan adzan ,malaikat yang penyebul angin dahsyat tersebut, Lalu berhentilah angin tersebut. Inilah salah satu pengalaman sholawat Kyai Masduqie.
“Kalau ada orang menderita penyakit aneh-aneh, datang ke Mergosono, insya Allah saya bacakan sholawat seribu kali, kalau ndak mempan sepuluh ribu kali, insya Allah qabul,” kata Kyai Masduqie saat pengajian di Majlis Riyadul Jannah.
“Berkat sholawat Nabi, sampean tahu sekarang, saya bangun pondok sampai tingkat tiga, nggak pernah minta sokongan dana masyarakat, mengedarkan edaran, proposal nggak pernah. Modalnya hanya sholawat saja. Uang yang datang ya ada juga, tapi nggak habis-habis. Itu berkat sholawat.” Lanjut Kyai Masduqie dalam pengajiannya.
Suatu waktu juga, seorang bidan mengadu kepada Abah, bagaimana caranya agar suaminya yang pergi meninggalkannya, kecanthol wanita lain, bisa kembali, Abah menjawabnya dengan tegas baca shalawat. Secara istiqamah dibaca oleh bidan itu dan suaminya kembali dan bertaubat.
Beliau memiliki Sembilan orang putra/putri bisa membaca kitab semua, bisa sarjana semua. Modalnya itu adalah sholawat Nabi. Kalau putra beliau ada yang mau ujian, disamping putranya juga disuruh baca sholawat, beliau juga membacakan sholawat untuk kelancaran dan kesuksesan putra putrinya.
Kyai Masduqie dawuh,” berkat sholawat Nabi SAW, semua yang saya inginkan belum ada yang tidak dituruti oleh Allah. Belum ada permintaan yang tidak dituruti berkat sholawat Nabi. Semua permintaan saya terpenuhi berkat sholawat”.
Shollu ‘alan Nabi Muhammad!!!
Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina Muhammad.
NB: KH. Achmad Masduqie Mahfudz adalah pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyyah Nurul Huda Mergosono Malang. Beliau pernah menjabat sebagai Rais Syuriah PWNU Jawa Timur dan salah seorang Rais PBNU.
Oleh: Indirijal Lutofa (Santri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyyah Nurul Huda Mergosono Malang dan mahasiswa Fak. Syari’ah UIN Malang)
No comments:
Post a Comment